Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosiolog Beberkan Langkah Efektif Penanggulangan Pelecehan Seksual terhadap Anak

Kompas.com - 21/12/2021, 12:19 WIB
Tria Sutrisna,
Ivany Atina Arbi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Korban kekerasan seksual acapkali mendapatkan stigma buruk dari masyarakat di lingkungan sekitarnya. Kondisi ini tentunya dapat mempengaruhi kesehatan mental korban usai mengalami kekerasan.

Membawa korban kekerasan seksual--khususnya anak-anak-- ke lingkungan baru dapat menjadi salah satu cara terbaik untuk menanggulangi atau memulihkan kondisi psikologisnya.

Hal ini disampaikan oleh Sosiolog Universitas Airlangga Bagong Suyanto.

"Kalau dari sisi korban memang sebaiknya mereka diberi identitas baru dan dipindah ke komunitas yang tidak mengenal mereka," ujar Bagong kepada Kompas.com, Rabu (16/12/2021).

Baca juga: Sosiolog Sebut Kekerasan Seksual oleh Pemuka Agama Sulit Terungkap, Kenapa?

Bagong menilai, masyarakat di lingkungan baru tidak akan memandang buruk para korban. Pasalnya, tidak banyak yang mengenal korban dan mengetahui kasus kekerasan seksual yang dialaminya.

Dengan begitu, kata Bagong, para korban kekerasan seksual akan lebih mudah beradaptasi dengan masyarakat di lingkungannya, tanpa harus merasa takut mendapatkan stigma negatif.

"Soalnya kalau tidak diberi identitas baru itu, mereka bisa kesulitan untuk beradaptasi. Karena menjadi korban stigma itu," kata Bagong.

Bagong sebelumnya menjelaskan, bahwa para korban kekerasan seksual berpotensi mengalami "pemerkosaan tahap dua".

Baca juga: Sosiolog Ungkap Pemerkosaan Tahap 2 terhadap Korban Pelecehan Seksual dan Alasan Korban Memilih Diam

Tindakan tersebut berupa dampak berkepanjangan yang dialaminya oleh korban, yakni mendapatkan stigma negatif dari masyarakat.

"Dampak berkepanjangannya tidak hanya trauma psikologis ya, tetapi korban juga bisa mengalami 'pemerkosaan tahap dua' yaitu menjadi korban stigma masyarakat," ungkap Bagong.

Bagong berpandangan, masih banyak masyarakat yang memandang buruk korban kekerasan seksual karena dianggap telah melakukan perbuatan tidak terpuji.

Imbasnya, kata Bagong, kebanyakan para korban kekerasan seksual memilih diam dan tidak mengungkap peristiwa yang dialaminya.

"Misalnya kan tuntutan masyarakat, perempuan harus suci, itu dengan cara menjaga kesuciannya," ujar Bagong.

"Ketika ada perempuan yang menjadi korban pemerkosaan, dia lalu terbebani oleh apa yang menjadi harapan masyarakat," sambungnya.

Baca juga: Marak Kasus Pelecehan Anak oleh Pemuka Agama, Pembekalan Kesadaran untuk Anak Penting

Sikap diam para korban itu pun pada akhirnya membuat kasus kekerasan seksual yang dialaminya menjadi sulit terungkap.

Para pelaku kemudian merasa aman karena merasa perbuatannya diketahui oleh publik.

Bahkan, kata Bagong, bukan tidak mungkin oknum tersebut kembali melakukan kejahatannya karena pembiaran tersebut.

"Jadi supaya tidak ekspos ke publik. Karena kan mereka tidak mau namanya semakin hancur. Itu yang membuat pelaku seringkali leluasa untuk melakukan aksinya berkali-kali, bertahun-tahun," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi: Kami Butuh Partisipasi Warga untuk Atasi Tawuran

Polisi: Kami Butuh Partisipasi Warga untuk Atasi Tawuran

Megapolitan
Toko Pakaian di Pecenongan Terbakar, Kepulan Asap Putih Bikin Pemadam Kewalahan

Toko Pakaian di Pecenongan Terbakar, Kepulan Asap Putih Bikin Pemadam Kewalahan

Megapolitan
Harapan Masyarakat untuk RTH Tubagus Angke, Nyaman Tanpa Praktik Prostitusi...

Harapan Masyarakat untuk RTH Tubagus Angke, Nyaman Tanpa Praktik Prostitusi...

Megapolitan
Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Mei 2024

Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Mei 2024

Megapolitan
Nahas, Balita di Matraman Tewas Terperosok ke Selokan Saat Main Hujan-hujanan

Nahas, Balita di Matraman Tewas Terperosok ke Selokan Saat Main Hujan-hujanan

Megapolitan
Proyek Pengembangan Stasiun Tanah Abang Ditargetkan Rampung Akhir 2024

Proyek Pengembangan Stasiun Tanah Abang Ditargetkan Rampung Akhir 2024

Megapolitan
Polisi Bakal Pertemukan Perwakilan Warga Klender dan Cipinang Muara demi Atasi Tawuran di Pasar Deprok

Polisi Bakal Pertemukan Perwakilan Warga Klender dan Cipinang Muara demi Atasi Tawuran di Pasar Deprok

Megapolitan
Ketika Si Kribo Apes Usai 'Diviralkan' Pemilik Warteg karena Bayar Makan Sesukanya...

Ketika Si Kribo Apes Usai "Diviralkan" Pemilik Warteg karena Bayar Makan Sesukanya...

Megapolitan
3 Orang Tewas akibat Kebakaran Kapal di Muara Baru

3 Orang Tewas akibat Kebakaran Kapal di Muara Baru

Megapolitan
PPKUKM Akui Tumpukan Sampah 3 Ton Jadi Faktor Utama Sepinya Lokbin Pasar Minggu

PPKUKM Akui Tumpukan Sampah 3 Ton Jadi Faktor Utama Sepinya Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
3 Kapal Nelayan di Muara Baru Terbakar akibat Mesin Pendingin Ikan Meledak

3 Kapal Nelayan di Muara Baru Terbakar akibat Mesin Pendingin Ikan Meledak

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, Demokrat Ungkap Kriteria yang Cocok Jadi Cagub Jakarta

Jelang Pilkada 2024, Demokrat Ungkap Kriteria yang Cocok Jadi Cagub Jakarta

Megapolitan
Upaya Mencari Titik Terang Kasus Junior Tewas di Tangan Senior STIP

Upaya Mencari Titik Terang Kasus Junior Tewas di Tangan Senior STIP

Megapolitan
Pelaku Pembunuhan Kakak Tiri di Medan Serahkan Diri ke Polresta Bogor

Pelaku Pembunuhan Kakak Tiri di Medan Serahkan Diri ke Polresta Bogor

Megapolitan
Cerita Warga Trauma Naik JakLingko, Tegur Sopir Ugal-ugalan Malah Diteriaki 'Gue Orang Miskin'...

Cerita Warga Trauma Naik JakLingko, Tegur Sopir Ugal-ugalan Malah Diteriaki "Gue Orang Miskin"...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com