JAKARTA, KOMPAS.com - Ahli Gizi yang bertugas di Puskesmas Kelurahan Warakas, Ariyanti Budiani, bercerita bahwa suatu ketika dirinya pernah kebingungan setiap kali menghadapi balita yang dinyatakan stunting.
Hal tersebut Aryanti alami sebelum program "Ketahanan Pangan Keluarga Usir Stunting (Ketapang Kuning)", yang digagas PLN Indonesia Power Priok terealisasi pada April 2022.
"Sebelumnya memang tidak dimungkiri, bingung. Kami sudah tahu nih kalau dia (balita) ini pendek (di bawah rata-rata standar usia semestinya). Tapi, apa yang harus kami lakukan selain memberikan pengetahuan seperti yang dulu dipelajari sejak zaman kuliah?" ujar Ariyanti, kepada Kompas.com pada Selasa (11/4/2023).
Terlebih, kata Ariyanti, kala itu tidak pernah ada bentuk penanganan khusus berupa intervensi langsung terhadap balita stunting.
Baca juga: Menurunkan Angka Stunting Bukan Hanya Tugas Tenaga Kesehatan
Mereka sekadar memberikan pengawasan terhadap ibu yang anaknya stunting, agar tidak luput memberikan asupan tinggi protein.
"Kami cuma pantau, konseling doang, seperti, 'Jangan lupa makan lauk hewani ya', itu yang dititik beratkan sebelumnya. Tapi, enggak ada intervensi tambahan, misalnya diperiksa ke dokter spesialis anak, enggak diperiksa juga umur tulangnya, dan lain-lain," ungkap Ariyanti.
Dia juga mengungkapkan bahwa sebelumnya tenaga kesehatan yang bertugas di puskesmas tidak pernah memberikan rujukan ke dokter spesialis anak.
Kalau pun sebelumnya memberikan rujukan, imbuh Aryanti, itu dikarenakan anak bersangkutan memiliki penyakit penyerta sehingga harus mendapatkan rujukan ke dokter umum.
Baca juga: Hati-hati, Stunting Bisa Sebabkan Beragam Penyakit Menyerang Anak
"Iya, sebelumnya enggak ada. Sebelumnya mungkin kalau dirujuk, itu kayak penyakit penyerta. Kayak misalkan dia ada penyakit lain yang tidak bisa ditangani di puskesmas, paling dirujuk karena penyakitnya, bukan karena stunting, bukan karena pendek, tapi karena penyakit penyerta lain," tutur Ariyanti.
Pada April 2022, Ariyanti mengungkapkan bahwa Puskesmas Kelurahan Warakas menjalani program Ketahanan Pangan Keluarga Usir Stunting (Ketapang Kuning) yang digagas PLN Indonesia Power Priok.
Sejak program tersebut diimplementasikan, kasus stunting pada anak, khususnya RW 08 di Kelurahan Warakas menjadi menurun.
"Nah, di enam bulan pertama itu, memang kita berhasil menurunkan angka stunting. Menurunkan ya, bukan menjadi 0, tapi menurun. Di RW 08 itu adalah prevalensi terbesar di Kelurahan Warakas. Di situ, memang yang paling tinggi dan paling besar adalah RW 08," ujar Ariyanti.
Baca juga: Jangan Salah Kaprah, Stunting Berbeda dengan Gizi Buruk
Ariyanti menyadari, untuk menurunkan angka stunting tidak bisa mengandalkan peran dari tenaga kesehatan saja.
Berdasarkan pengalaman Ariyanti, demi menekankan angka stunting ini juga memerlukan peran serta dari lintas sektoral atau pemangku kepentingan seperti Kelurahan, Kecamatan, hingga Wali Kota.
"Enggak bisa peran hanya tenaga kesehatan sendiri. Karena, itu ada peran serta dari Pak Lurah, lintas sektoral, pemangku wilayah. Makanya, kalau kami sendirian, enggak bisa," kata Ariyanti.
"Kami ini siapa? Kami tenaga kesehatan. Ya bagian kami untuk kesehatan saja. Kan ada bagian lingkungan untuk meminta mereka (ibu yang anaknya stunting) agar berkomitmen datang secara rutin," ucap Ariyanti melanjutkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.