JAKARTA, KOMPAS.com - Maria Cornelia Kuryati Sanu (75) mengenang anaknya, Stevanus Sarintus Antonius Sanu, yang menjadi salah satu korban kerusuhan Mal Yogya Plaza Klender pada Mei 1994.
Kenangan Maria ini bukan bagaimana Stevanus meregang nyawa, tetapi kehidupan anaknya itu sebelum pergi meninggalkan keluarga untuk selamanya.
Sebagai orangtua, Maria kewalahan mendidik Stevanus karena memiliki sifat yang susah diatur. Tetapi, hal tersebut tidak membuatnya menyerah begitu saja.
"Kalau disuruh, entar dulu. Tapi, kalau tetangga bilang, Stevanus anak yang penurut. Kalau disuruh orang, mau. Dikasih catatan, pergi ke pasar, beli sesuatu, penurut gitu kalau kata tetangga," kata Maria kepada Kompas.com, Rabu (17/5/2023).
Baca juga: Trauma Maria Sanu akibat Kerusuhan Mei 1998, Menangis Setiap Kali Lewat Mal Klender...
"Umpama ada kerja bakti, 'Stevanus, minta teh ya di situ'. Nah, dia mau. Ada yang bilang, Stevanus itu bandel terhormat. Tapi kalau menurut orangtua, bandel banget," ucap Maria melanjutkan.
Terlepas dari kepribadian sehari-hari, ada satu hal yang membuat Maria terus mengingatnya sampai sekarang, yakni lagu "Kau Tercipta Dari Tulang Rusukku".
Maria menceritakan, Stevanus selalu melantunkan tembang lirih tersebut dengan sepenuh hati sampai terasa begitu sendu.
"Jadi, kalau Oma masak, sambil dengar radio, dia nyanyi dengan sendu banget. Saya jadi teringat terus, 'eh ini anak kalau nyanyi lagu ini sendu banget'," imbuh Maria.
Baca juga: Mengenang Stevanus Sanu, Remaja 16 Tahun Korban Kebakaran Mal Klender 1998
Dia tidak mengetahui apakah anak kedelapannya itu memiliki kisah tersendiri dalam lirik lagu "Kau Tercipta Dari Tulang Rusukku". Pasalnya, saat itu usia Stevanus masih terbilang muda.
"Tapi kan kalau dihayati bisa. Oma kalau setel lagu jadul, ada lagu itu, jadi ingat Stevanus," ujar Oma yang seketika meneteskan air mata.
Ibu dari 10 anak ini tidak mengetahui apa cita-cita dari Stevanus. Sebab, Stevanus sangat tertutup dengan orangtuanya.
Tapi, satu hal yang pasti, jika Stevanus masih hidup sampai sekarang, Maria yakin anaknya itu tengah menjadi tulang punggung keluarga.
Baca juga: Sampai Sekarang, Saya Enggak Tahu Makam Stevanus Sanu yang Mana
"Kalau orang Timur, anak laki-laki itu anak emas, anak raja dan diharapkan supaya bisa membantu perekonomian keluarga," ungkap Maria.
Kini, semua tinggal kenangan. Setiap tahunnya Maria bersama dengan keluarga korban yang lain hanya bisa mendoakan. Ia juga masih berharap agar negara bertanggung jawab atas peristiwa Mei 1998.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.