Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanti Gerak Cepat Pemprov DKI Membuka Trotoar di Depan Kedubes AS...

Kompas.com - 07/06/2023, 09:16 WIB
Tria Sutrisna,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penutupan trotoar di depan kantor Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia menuai kritik warga.

Rencana pembukaan akses fasilitas pejalan kaki itu akhirnya digulirkan oleh pihak terkait.

Pedestrian di depan kantor Kedubes AS sebetulnya sudah ditutup sejak 2013. Namun, penutupan ini kembali disorot setelah banyak warga mengeluh tak bisa berjalan di trotoar.

Merespons keluhan itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bakal berkoordinasi dengan pihak Kedubes AS hingga Kementerian Luar Negeri.

Langkah ini diharapkan dapat menghadirkan solusi untuk menyelesaikan masalah penutupan trotoar, dan membuat pejalan kaki mendapatkan haknya.

Baca juga: Saat Kedubes AS Rampas Hak Pejalan Kaki, Main Tutup Trotoar karena Alasan Keamanan

Tak bisa berjalan di trotoar Kedubes AS

Komariah (27), pegawai di kawasan Gambir, Jakarta Pusat terbilang rutin melewati trotoar Jalan Medan Merdeka Selatan. Sebagai pengguna kereta rel listrik (KRL), tak jarang dia memilih berjalan kaki dari Stasiun Gondangdia untuk menuju kantornya.

Rute perjalanannya melewati depan Kantor Kedubes AS di Jalan Medan Merdeka Selatan. Dari kawasan Stasiun Gondangdia hingga Jalan Ridwan Rais, Komariah masih bisa berjalan di trotoar.

Berbelok sedikit ke Jalan Medan Merdeka Selatan, Komariah tak bisa lagi berjalan di atas trotoar. Sebab, jalurnya menuju depan Kedubes AS ditutup menggunakan beton dan water barrier.

"Jadi pas mau Kedubes AS itu udah enggak bisa jalan di trotoar. Harus turun ke bahu Jalan Medan Merdeka Selatan. Jadi jalannya di pinggir jalan," ujar Komariah saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (6/6/2023) malam.

Baca juga: Pemprov DKI: Penutupan Trotoar di Depan Gedung Kedubes AS Bagian dari Pengamanan

Menurut dia, selalu ada petugas keamanan yang berjaga di trotoar depan kantor Kedubes AS. Petugas akan meminta warga untuk tidak berjalan di trotoar, dan mengarahkan berjalan di sisi jalan raya.

"Masih bisa jalan sebenarnya walaupun ada beton. Tapi petugas pasti bakal ingetin kalau enggak boleh di trotoar. Jadi harus di jalan, kan bahaya sebenernya," kata Komariah.

Ditutup sejak era Jokowi

Ketua Koalisi Pejalan Kaki Alfred Sitorus mengatakan, permasalahan ini sudah terjadi sejak lama, tepatnya pada era kepemimpinan Joko Widodo saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

"Dari zaman Pak Jokowi sebagai gubernur DKI. Kami sudah menyampaikan itu kepada Pemprov DKI Jakarta agar fasilitas publik yang merupakan hak dasar pejalan kaki harus dibuka yang di depan Kedubes AS," ujar Alfred saat dihubungi, Selasa (6/6/2023).

Baca juga: Dubes AS Tunggu Kerja Sama dengan Indonesia untuk Buka Penutup Trotoar di Depan Gedung Kedubes

Alfred mengatakan, penutupan trotoar itu terjadi saat Kedubes AS direnovasi pada 2013. Penutup trotoar di depan Kedubes AS saat itu tak jauh berbeda dari sekarang yang menggunakan barrier dan kawat berduri.

"Nah, kalau dulu tidak sampai kawat duri. Jadi terlihatlah paranoidnya. Maksud saya gini, saya tidak masuk ke dalam permasalahan Kedutaan Amerika. Tapi trotoar itu masih dalam kedaulatan Republik Indonesia, gitu," ucap Alfred.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panca Darmansyah Didakwa Pembunuhan Berencana Terhadap 4 Anak Kandungnya

Panca Darmansyah Didakwa Pembunuhan Berencana Terhadap 4 Anak Kandungnya

Megapolitan
Pencuri Pembatas Jalan di Rawa Badak Terancam Dipenjara 5 Tahun

Pencuri Pembatas Jalan di Rawa Badak Terancam Dipenjara 5 Tahun

Megapolitan
'Lebih Baik KPR daripada Gaji Dipotong untuk Tapera, Enggak Budget Wise'

"Lebih Baik KPR daripada Gaji Dipotong untuk Tapera, Enggak Budget Wise"

Megapolitan
Gaji Bakal Dipotong buat Tapera, Karyawan yang Sudah Punya Rumah Bersuara

Gaji Bakal Dipotong buat Tapera, Karyawan yang Sudah Punya Rumah Bersuara

Megapolitan
Panca Pembunuh 4 Anak Kandung Hadiri Sidang Perdana, Pakai Sandal Jepit dan Diam Seribu Bahasa

Panca Pembunuh 4 Anak Kandung Hadiri Sidang Perdana, Pakai Sandal Jepit dan Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Keberatan Soal Iuran Tapera, Pegawai: Pusing, Gaji Saya Sudah Kebanyakan Potongan

Keberatan Soal Iuran Tapera, Pegawai: Pusing, Gaji Saya Sudah Kebanyakan Potongan

Megapolitan
Nestapa Pekerja soal Iuran Tapera : Gaji Ngepas, Pencairan Sulit

Nestapa Pekerja soal Iuran Tapera : Gaji Ngepas, Pencairan Sulit

Megapolitan
Satu Tahun Dagang Sabu, Pria di Koja Terancam 20 Tahun Penjara

Satu Tahun Dagang Sabu, Pria di Koja Terancam 20 Tahun Penjara

Megapolitan
Bingung dengan Potongan Gaji untuk Tapera, Pegawai Swasta: Yang Punya Rumah Kena Juga, Enggak?

Bingung dengan Potongan Gaji untuk Tapera, Pegawai Swasta: Yang Punya Rumah Kena Juga, Enggak?

Megapolitan
Ulah Keblinger Pria di Koja, Curi Besi Pembatas Jalan untuk Nafkahi Keluarga Berujung Ditangkap Polisi dan Warga

Ulah Keblinger Pria di Koja, Curi Besi Pembatas Jalan untuk Nafkahi Keluarga Berujung Ditangkap Polisi dan Warga

Megapolitan
Kata Karyawan Swasta, Tapera Terasa Membebani yang Bergaji Pas-pasan

Kata Karyawan Swasta, Tapera Terasa Membebani yang Bergaji Pas-pasan

Megapolitan
Soal Wacana Rusun Baru untuk Eks Warga Kampung Bayam, Pemprov DKI: 'Don't Worry'

Soal Wacana Rusun Baru untuk Eks Warga Kampung Bayam, Pemprov DKI: "Don't Worry"

Megapolitan
DPC Gerindra Serahkan 7 Nama Bakal Calon Wali Kota Bogor ke DPD

DPC Gerindra Serahkan 7 Nama Bakal Calon Wali Kota Bogor ke DPD

Megapolitan
Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai Swasta: Curiga Uangnya Dipakai Lagi oleh Negara

Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai Swasta: Curiga Uangnya Dipakai Lagi oleh Negara

Megapolitan
Fakta-fakta Penemuan Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren: Korban Sempat Pamit Beli Kopi dan Ponselnya Hilang

Fakta-fakta Penemuan Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren: Korban Sempat Pamit Beli Kopi dan Ponselnya Hilang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com