Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pahit Getir Masa Kecil ASN Disabilitas Achmad Budi, Kerap Diejek karena Fisiknya yang Berbeda

Kompas.com - 11/09/2023, 09:27 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Achmad Budi Santoso (33), sosok Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), merasakan pahit getir kehidupan karena harus hidup dengan satu kaki.

Budi kehilangan kaki kanannya karena terlindas kereta lori di kampung halamannya di Sidoarjo saat ia masih berusia tujuh tahun.

Ada beragam omongan pedas yang terlontar, lantaran fisik Budi kecil berbeda dengan orang sekitarnya.

"Waktu itu ada omongan dari orang-orang kan, 'wah itu Budi kakinya satu', atau bilangnya cacat kan waktu itu, itu kata-kata enggak enak, membuat saya down," ujar Budi dalam wawancara khusus dengan Kompas.com, Agustus lalu.

Baca juga: Kisah Achmad Budi Santoso, ASN Disabilitas Berkaki Satu yang Rajin Bersepeda dan Naik KRL

Tak jarang pula aneka stigma merendahkan 'mau jadi apa nanti', diterima Budi dari orang sekitarnya.

"Waktu saya kecil ya, 'wah Budi ini sulit ini nanti nyari kerja', atau Budi ini kalau besar sulit nyari jodoh karena disabilitas'," kata dia.

"Itu lah kondisi-kondisi kayak gitu, stigma kayak gitu yang membuat saya down, minder, untuk bergaul dengan lawan jenis juga minder," lanjut ayah tiga anak ini.

Namun ia bersyukur, karena dukungan orang terkasih dan guru yang tak hentinya memotivasi Budi, masa-masa berat itu pun perlahan terlewati.

"Alhamdulillah dengan saya sekolah terus, sampai kuliah ada guru dan dosen yang memotivasi agar tidak minder dan rejeki itu tidak ada yang tahu, kalau kita mau berusaha," kata Budi.

Baca juga: ASN Penyandang Disabilitas: Bapak Selalu Kasih Semangat, Kalau Berpendidikan Pasti Bisa Kerja

Ditambah lagi, kedua orangtua Budi tak pernah berhenti menjadi support system yang membuatnya kuat menjalani hidup.

"Ibu bapak saya selalu menyemangati saya. Ibu saya mendukung untuk terus berkembang, sekolah terus. Bapak saya juga setiap hari memberi semangat 'kamu harus semangat, karena kalau kamu berpendidikan nanti juga pasti bisa bekerja. Kalau berusaha pasti dapat apa yang kamu usahakan'," kata dia.

Motivasi itulah yang menghantarkan Budi untuk berani mencoba seleksi CPNS khusus penyandang disabilitas di Kementerian Koordinator PMK pada tahun 2015 silam hingga dinyatakan lulus.

"Ternyata ketika negara memberi kesempatan ada lowongan CPNS khusus penyandang disabilitas dan saya ikut, lulus diterima, itu saya merasa bersyukur, berterima kasih," ujar Budi sambil tersenyum kecil.

Ia berhasil membuktikan, tidak ada omongan-omongan buruk soal dirinya di masa lalu yang terjadi seperti ketakutan Budi selama ini.

"Ternyata diberi kesempatan, enggak seperti bayangan saya dulu, 'wah pasti nyari kerja sulit'. Enggak semua omongan orang-orang yang saya dengar dulu terjadi, malah kebalikannya. Alhamdulillah sekarang saya bisa bekerja mengabdi sebagai ASN di Kemenko PMK, mengabdi untuk bangsa," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pegi Perong Bakal Ajukan Praperadilan Atas Penetapannya sebagai Tersangka di Kasus Vina Cirebon

Pegi Perong Bakal Ajukan Praperadilan Atas Penetapannya sebagai Tersangka di Kasus Vina Cirebon

Megapolitan
Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Megapolitan
Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Megapolitan
Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Megapolitan
Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Megapolitan
Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Megapolitan
3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

Megapolitan
Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Megapolitan
3 Pemuda Maling Spion Mobil di 9 Titik Jakut, Hasilnya untuk Kebutuhan Harian dan Narkoba

3 Pemuda Maling Spion Mobil di 9 Titik Jakut, Hasilnya untuk Kebutuhan Harian dan Narkoba

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Tiga Pencuri Spion Mobil di Jakarta Utara Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Tiga Pencuri Spion Mobil di Jakarta Utara Ditembak Polisi

Megapolitan
Terungkapnya Bisnis Video Porno Anak di Telegram: Pelaku Jual Ribuan Konten dan Untung Ratusan Juta Rupiah

Terungkapnya Bisnis Video Porno Anak di Telegram: Pelaku Jual Ribuan Konten dan Untung Ratusan Juta Rupiah

Megapolitan
Rugi Hampir Rp 3 Miliar karena Dugaan Penipuan, Pria di Jaktim Kehilangan Rumah dan Kendaraan

Rugi Hampir Rp 3 Miliar karena Dugaan Penipuan, Pria di Jaktim Kehilangan Rumah dan Kendaraan

Megapolitan
Geramnya Ketua RW di Cilincing, Usir Paksa 'Debt Collector' yang Berkali-kali 'Mangkal' di Wilayahnya

Geramnya Ketua RW di Cilincing, Usir Paksa "Debt Collector" yang Berkali-kali "Mangkal" di Wilayahnya

Megapolitan
Mulai 1 Juni 2024, Ada Ketentuan Baru Pembatalan Tiket Kereta Api

Mulai 1 Juni 2024, Ada Ketentuan Baru Pembatalan Tiket Kereta Api

Megapolitan
Pilkada Jakarta 2024: Menguji Eksistensi Masyarakat Jaringan

Pilkada Jakarta 2024: Menguji Eksistensi Masyarakat Jaringan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com