Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagikan Selebaran ke Masyarakat, Mahasiswa Ingin Gagalkan Dinasti Politik Jokowi

Kompas.com - 12/01/2024, 12:07 WIB
Ruby Rachmadina,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gabungan Mahasiswa Jakarta membagikan selebaran kepada masyarakat dengan tujuan untuk menggagalkan dinasti politik yang hendak dibangun Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Selebaran itu dibagikan kepada pengendara yang melintas di depan Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang.

“Kami ingin menggagalkan agenda politik Jokowi yang ingin membangun dinasti politik di Indonesia,” ucap perwakilan mahasiswa bernama Glamora kepada Kompas.com, Kamis (11/1/2024).

Baca juga: Gabungan Mahasiswa Bagikan Selebaran di Depan Kampus UIN, Isinya Tolak Politik Dinasti

Menurut Glamora, aparat dan infrastruktur negara saat ini dikerahkan untuk memenangkan salah satu pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).

“Kami melihat hari ini pengerahan lembaga negara itu sangat nyata, sangat terlihat,” tutur dia.

Dengan membagikan selebaran tolak dinasti politik, para mahasiswa berharap bisa menyadarkan masyarakat untuk melihat rekam jejak pasangan capres-cawapres yang maju pada Pilpres 2024.

“Kami ingin para pengendara yang melintas mengetahui sejarah yang ada, bahwa ada paslon yang bermasalah hukum, cacat konstitusi, dipaksakan menjadi peserta pemilu,” terang Glamora.

Baca juga: Bagikan Selebaran Tolak Politik Dinasti, Mahasiswa: Kami Patungan, Tak Dibiayai Pihak Mana Pun

Menurut Glamora, pembagian selebaran tidak hanya berlangsung di depan Kampus UIN Ciputat. Total ada mahasiswa dari 800 kampus yang menyuarakan hal serupa.

Di Jakarta dan sekitarnya, ada 37 kampus yang bergerak menyuarakan tolak dinasti politik.

Sebagai informasi, isu dinasti politik ramai dibicarakan setelah Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi, dipilih sebagai cawapres pendamping capres Prabowo Subianto pada Pilpres 2024.

Berbekal status Wali Kota Solo, Gibran bisa mencalonkan diri sebagai cawapres meski belum berusia 40 tahun.

Baca juga: Pengakuan Mahasiswa yang Bagikan Selebaran di Depan Kampus UIN: Tolak Politik Dinasti dan Punya Sejarah Kelam

Sebab, Mahkamah Konstitusi (MK) yang saat itu dipimpin adik ipar Jokowi, Anwar Usman, memutuskan perubahan batas usia minimal capres-cawapres di Undang-Undang Pemilu.

Pasal 169 huruf q UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu diputuskan menjadi, "berusia paling rendah 40 tahun atau pernah/sedang menduduki jabatan yang dipilih melalui pemilihan umum termasuk pemilihan kepala daerah".

Majunya Gibran sebagai cawapres Prabowo tersebut memunculkan anggapan Presiden Jokowi tengah membangun dinasti politik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Massa Buruh Nyalakan 'Flare' dan Kibarkan Bendera di Monas

Massa Buruh Nyalakan "Flare" dan Kibarkan Bendera di Monas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com