JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua RW 12 Kelurahan Tanah Tinggi, Imron Buchari mengungkapkan bahwa beberapa warganya yang terpaksa menjual tempat tinggalnya.
“Warga saya, ada beberapa warga, beranak pinak sampai cucu, sekarang dagang di sini (Jalan Tanah Tinggi XII). Ya tinggalnya di warung-warung itu saja,” ujar Imron saat berbincang dengan Kompas.com, Kamis (25/4/2024).
Usaha yang dimaksud Imron yakni minuman saset atau makanan ringan yang biasa dijual kepada anak-anak.
Karena sudah tidak lagi mempunyai tempat tinggal, kata Imron, mereka terpaksa tidur di tempat usahanya yang beratapkan terpal.
Baca juga: Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian
Saat ditanya apakah mereka yang rumahnya dijual untuk kebutuhan ekonomi dan kini bertempat tinggal di tempat usahanya itu menerima bantuan, Imron membenarkannya.
“Ada (yang terima bantuan). Tapi, tergantung kejelian,” imbuh Imron.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Ketua RT masing-masing, sebanyak 243 keluarga di RW 12 yang tercatat sebagai penerima bantuan.
Kendati demikian, di luar data tersebut, masih banyak warga RW 12 yang seharusnya berhak menerima bantuan, tetapi tidak mendapatkannya.
Sebagai informasi, Kelurahan Tanah Tinggi yang masuk wilayah administrasi Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, tengah menjadi sorotan.
Wilayah yang disebut mempunyai radius satu kilometer dari Istana Negara ini disebut-sebut sebagai kawasan kumuh.
Baca juga: Masih Banyak Penganggur di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara
Tanah Tinggi akhirnya terucap saat Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi mengkritik Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Jakarta 2025 yang kini dalam proses penyusunan.
Menurut dia, rencana kerja tersebut belum menyentuh permasalahan di Jakarta, yang sebentar lagi bakal berubah status dan menjadi kota global.
“Makanya kalau bicara global, Jakarta globalnya di mana? Ini ada daerah dekat Istana Negara hanya jarak satu kilometer, masih ada daerah kumuh, Johar dan Tanah Tinggi. Penataan kota sampai hari ini masih karut,” ujar Prasetyo saat dikonfirmasi, Rabu (24/4/2024).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.