JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus penganiayaan berujung maut yang menimpa taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta bernama Putu Satria Ananta Rastika (19) berbuntut panjang.
Pihak kampus dinilai lalai sehingga harus bertanggung jawab atas kejadian tersebut.
"(STIP) jelas lalai. Jadi, kalau keluarga korban dalam beberapa wawancara menyatakan pertanggungjawaban, meminta pertanggungjawaban dari kampus ini (STIP) itu sudah tepat," ungkap pengamat pendidikan sekaligus Ketua Dewan Pakar FSGI Retno Listyarti dalam Obrolan Newsroom Kompas.com, Senin (6/5/2024).
Baca juga: Ngerinya Kekerasan Berlatar Arogansi Senioritas di STIP, Tradisi yang Tak Benar-benar Hilang
Retno menjelaskan, pihak STIP perlu bertanggung jawab lantaran kejadian penganiayaan Putu berada di lingkungan kampus.
Selain itu, peristiwa tersebut juga terjadi pada hari kegiatan belajar-mengajar berlangsung.
"Dia (Putu) kan mengenakan kaos olahraga (saat dianiaya), yang mana itu menjadi ciri khas dari kampus ini (STIP). Dan itu kejadian betul-betul di dalam lingkungan kampus, jadi enggak bisa dibilang bahwa tidak ada tanggung jawab," jelas Retno.
Terulangnya kasus kekerasan di STIP membuat Kompas.com kembali mengangkat pesan yang tertulis di salah satu dinding asrama putra STIP, yakni 'Ingat! Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan.'
Berdasarkan catatan Kompas.com pada 12 Januari 2017 lalu, pesan tersebut terpampang dalam balutan bingkai berwarna emas yang diletakkan dekat dengan kamar tempat terjadinya penganiayaan berujung maut yang menimpa taruna tingkat I bernama Amirulloh Adityas.
Tak hanya satu, pada saat itu pesan anti-kekerasan terpasang di banyak sudut gedung STIP Jakarta.
Selain pesan anti-kekerasan, terdapat tugu peringatan dengan cat hitam dan putih yang dibangun untuk memperingati kasus penganiayaan berujung maut yang menimpa taruna bernama Agung Bastian Gultom pada 2008.
Baca juga: Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan
"Hindari Tindak Kekerasan Agar Tidak Terulang Lagi Peristiwa 12 Mei 2008 Yang Mengakibatkan Taruna Agung Bastian Gultom Meninggal Dunia," demikian pesan yang terpampang di tugu memorial tersebut.
Meskipun sudah banyak terpampang pesan anti-kekerasan di lingkungan kampus, nyatanya kasus kekerasan yang dilakukan senior kepada junior terus berulang.
Berkait dengan pesan 'Sekolah Ini Akan Dibubarkan Jika Ada Kekerasan' di STIP, Retno menyebut perlu dilakukan investigasi lebih mendalam soal kekerasan di sana.
"Ya pertama diinvestigasi dulu aja. Kalau kekerasannya sudah sangat parah, memang harus dihentikan," ungkap Retno saat dihubungi Kompas.com, Senin.
Retno menyampaikan, pihak berwenang perlu melakukan evaluasi terhadap sekolah kedinasan, termasuk STIP.