Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang Kue Subuh Minta Perlindungan Pemprov DKI

Kompas.com - 21/08/2008, 06:02 WIB

JAKARTA, KAMIS - Efek dari kenaikan harga bahan bakar minyak yang ikut mempengaruhi daya beli masyarakat serta naiknya harga bahan baku kebutuhan pokok berdampak pada omzet pedagang kue subuh. Selama lima bulan terakhir atau sejak Maret hingga Agustus ini, omzet mereka turun hingga minimal 30 persen. Mereka minta perlindungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar usaha mereka tetap berlanjut.

Sejumlah pedagang kue subuh, Rabu (20/8) mengatakan, sejak terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak jumlah pembeli terus menurun sehingga transaksi ikut berkurang. Data Kamar Dagang dan Perindustrian DKI Jakarta jumlah pedagang kue subuh sebanyak 650 orang tersebar di Pasar Senen (Jakarta Pusat) sebanyak 400 pedagang dan 250 pedagang di Pasar Melawai (Jakarta Selatan). Pedagang ini berdagang kue antara pukul 02.00-07.00 (Pasar Senen) dan 04.00-08.30 (Pasar Melawai).

"Sebelum kenaikan BBM, omzet sehari bisa mencapai Rp 3.500.000-Rp 4.000.000. Saat ini omzet anjlok hingga Rp 3.000.000 per hari," kata Aji (24), pedagang roti manis di Pasar Senen. Menyikapi efek kenaikan harga BBM, kata Aji, produksi roti manisnya dalam berbagai rasa semula mencapai rata-rata 3.000 turun menjadi rata-rata 2.000 buah per hari.

Kendati harga bahan baku telah naik, Aji tetap menggunakan harga lama untuk produknya, yakni Rp 1.000-Rp 1.500 per bungkus. "Jika harga terlalu mahal justru membuat dagangan tidak laku, karena mayoritas pembeli di sini adalah pedagang eceran," kata Aji yang lima tahun terakhir berdagang di Pasar Senen.

Kondisi sama dialami Gustaf Salu (56), pedagang kue cucur dan Minul (50), pedagang sosis Solo (sejenis kue risol) di Pasar Melawai.

Menurut Minul yang sudah 28 tahun menggelar dagangan di Pasar Mayestik, sebelum kenaikan harga BBM omzetnya mencapai Rp1.200.000 per hari. Namun, beberapa bulan terakhir omzetnya menjadi Rp 800.000 per hari.

"Sebelum BBM naik, saya masih bisa mengikuti arisan. Saat ini, yang penting ada modal. Uang yang datang dari hasil penjualan kue cuma lewat begitu saja. Tidak ada yang nyangkut. Enggak ada yang bisa disimpan," kata Minul yang saat ini memproduksi kue 1.000 buah per hari. Sebelumnya, dia memproduksi 1.500 buah.

Gustaf juga merasakan hal itu. "Jangan berharap dapat untung. Dapat Rp 1.000.000 saja sudah senang," kata Gustaf yang memiliki omset Rp1.500.00 per hari.

 

Kreatif

Dalam diskusi Peningkatan Kualitas Kue Tradisional khususnya Pedagang Kue Subuh di Jakarta, Rabu, mengemuka pedagang kue subuh harus mendapat perlindungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pedagang ini juga harus berani berkreasi agar saat harga bahan baku naik mereka bisa mengganti dengan bahan baku lainnya yang lebih murah dan berkualitas.

Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan dan UKM Kamar Dagang dan Industri DKI Jakarta Thamrin Pulungan mengatakan, pedagang kue subuh jangan menjadi korban akibat kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang berganti-ganti.

"Perlu perlindungan masa depan usaha mereka ini. Kalau ganti gubernur ganti kebijakan, pedagang kue subuh ini terancam keberadaannya. Saat ini mereka dilindungi, tetapi bagaimana ke depannya? Bisa-bisa pedagang ini tergusur dari tempat berjualan yang ada saat ini," ujar Thamrin.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Bakery Indonesia Chris Hardijaya mengatakan, kreasi multak dibutuhkan para pelaku kue ini agar bisa meningkatkan omzet penjualan dan menghadapi persaingan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com