Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kereta Murah Bikin Semrawut?

Kompas.com - 20/06/2011, 17:58 WIB

JAKARTA-KOMPAS.com — Tarif kereta ekonomi yang terlampau murah dianggap sebagai biang kesemrawutan perkeretaapian Indonesia. Benarkah?

Kepala Daerah Operasi I (Jabodetabek) PT Kereta Api Indonesia Purnomo Radiq mengatakan, dengan harga tiket Rp 1.500-Rp 2.000, kereta api kelas ekonomi menjadi moda transportasi massal yang banyak diminati masyarakat. Orang berbondong-bondong memperebutkan tiket kereta murah ini meskipun kapasitasnya sangat terbatas.

"Kalau tarif masih Rp 2.000 dari Bogor ke Jakarta Kota, semua orang pasti naik KA karena kalau naik bus Rp 10.000 lebih mahal. Dengan kapasitas yang ada, tentu kami tidak bisa menampung semuanya," ujarnya di Gedung Ranuza, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (20/6/2011).

Dengan tarif yang terlampau murah, lanjut Purnomo, hal itu menyebabkan banyak orang yang tak mendapatkan tiket memaksakan naik ke atap kereta api. Purnomo menambahkan, hal lain yang menyebabkan terlalu banyaknya penumpang KA adalah karena pemerintah belum menyiapkan alternatif transportasi di beberapa kawasan, seperti di Stasiun Citayam, Cilebut, dan Bojong.

"Harus ada alternatif transportasi lain di titik-titik tersebut seperti bus. Kami yakin kantong-kantong penumpang yang nekat duduk di atas atap KA adalah penumpang-penumpang yang naik dari tiga stasiun tersebut," katanya.

Di lain pihak, anggota KRL Mania, Nikma, mencurigai ada rencana terselubung di balik keputusan pemberlakuan tarif tunggal KRL. Berdasarkan hasil penelitiannya tentang program pembangunan PT KAI bekerja sama dengan Bank Dunia, Nikma menduga PT KAI akan menghapus kereta kelas ekonomi.

"Program KA di Bank Dunia salah satunya mendorong restrukturisasi hingga ke swastanisasi. Uji cobanya di KRL Jabodetabek dan kereta barang ke Sumatera. Saya menduga, kelas ekonomi itu akan dihilangkan. (KRL di) Jakarta akan AC semua. Saya lihat ini ada unsur politik di sini," ungkapnya.

Seperti diberitakan, uji coba hari pada Sabtu (18/6/2011) ditujukan untuk melihat kelancaran sistem KRL Commuter Line yang rencananya akan diterapkan secara permanen mulai 2 Juli 2011. Program ini dibuat untuk mencapai target 1,2 juta penumpang per hari pada tahun 2019. Adapun jumlah penumpang yang dapat diangkut saat ini baru sekitar 400.000 jiwa per hari. Nantinya, semua KRL akan memiliki waktu tempuh perjalanan yang sama, berhenti di stasiun yang sama, dan tidak dilakukan penyusulan antar-KRL.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com