Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Curigai Motif Dendam Penikam Christopher

Kompas.com - 08/12/2011, 23:30 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Christopher Melky Tanujaya (16), peraih medali perak Olimpiade Sains Nasional 2009, ditemukan tewas mengenaskan di Jalan Pluit Selatan, Jakarta Utara, pada Senin (5/12/2011) malam. Di bagian belakang tubuh pemuda ini terdapat banyak luka tusukan.

Menurut Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Utara Ajun Komisaris Besar Irwan Anwar, siswa SMA Saint Joseph di Singapura itu sedang dalam rangka berlibur kembali ke tanah air. Pada Senin sebelum pembunuhan terjadi, Christopher berkumpul dengan 16 orang teman-temannya. Ia bermain futsal sampai makan dan bermain gim di Puri Indah Mall.

Pemuda cerdas yang dikenal mandiri itu biasa menggunakan angkutan umum seperti bus Transjakarta sehari-harinya. "Dia juga sering berkunjung ke rumah orangtua ibunya dia di Pluit. Biasanya dia nonton televisi dan malamnya minta dijemput di sana," ungkap Irwan saat dihubungi wartawan, Kamis (8/12/2011).

Kunjungan Christopher ke rumah kakeknya itu bisa lebih sekali dalam seminggu. Namun, pada Senin malam itu, langkah kaki Christopher tak sempat sampai ke rumah sang kakek. Saat berjalan di trotoar seusai turun dari bus Transjakarta, ia ditikam oleh seseorang dari belakang.

Christopher kaget dan menahan sakitnya. Tidak hanya sekali, Christopher ditikam berkali-kali di bagian pundak dan punggung. Pelaku tak memberi ampun meski Christopher tersungkur lemas.

Pada saat kejadian, seorang warga bernama Setyo Hadi berada di sekitar lokasi dan melihat Christopher mengangkat tangan memberi isyarat minta ditolong. Setyo menghampiri pemuda itu dan pelaku langsung kabur.

Irwan mengatakan, berdasarkan hasil visum sementara, Christopher mengalami luka tusuk di leher depan kanan sebanyak dua kali, di bagian leher depan kiri satu kali, bagian pundak kiri belakang satu tusukan, dan di bagian punggung belakang satu tusukan. "Pelaku menusuk korban di bagian-bagian yang paling mematikan," tutur Irwan.

Dugaan motif di balik pembunuhan sadis ini pun mulai bermunculan. Kepolisian membuka kemungkinan tiga hal terjadi, yakni aksi spontanitas seperti perampokan atau percekcokan di tengah jalan yang berujung pengeroyokan, pembunuhan akibat dendam pribadi, atau pembunuhan akibat masalah keluarga.

Dari ketiga hal itu, kecil kemungkinan adanya upaya perampokan terhadap Christopher. Ini dikarenakan polisi tidak menemukan ada yang hilang pada barang-barang milik Christopher, mulai dari ponsel, dompet, sampai peralatan futsal.

Jika dilihat dari luka tusuk yang dialami Christopher, dugaan perampokan itu pun semakin kecil. Polisi menduga luka tusuk pada tubuh Christopher menandakan pelaku ingin menghabisi nyawa dia. Jika hanya aksi perampokan biasa, sangat tidak lazim pelaku menghabisi nyawa korban dengan menikam berkali-kali. Pelaku biasanya cenderung lebih memilih secepatnya melarikan diri apabila ketahuan daripada menghabiskan waktu lebih lama dengan menikam korban bertubi-tubi.

"Kemungkinan dirampok memang kecil, tapi bukan tidak mungkin. Namun, kami mulai bergerak mendalami ke arah personal atau keluarga," kata Irwan.

Selain itu, Irwan menuturkan dalam hasil visum tidak ditemukan adanya tanda-tanda perlawanan yang dilakukan Christopher. Saat ditanyakan apakah pembunuhan ini diduga terencana, Irwan mengatakan pihaknya belum bisa menyimpulkan hal itu. Polisi akan mendalami kesaksian orang-orang di lokasi kejadian maupun dari keluarga dan teman-teman korban.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com