Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Harga dan Teknik Pemasokan Daging Oplosan

Kompas.com - 14/12/2012, 04:12 WIB
Imanuel More

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kasus pemasaran daging sapi bercampur daging celeng yang tengah marak di Jakarta dipicu keinginan untuk memperoleh keuntungan besar dalam situasi persaingan usaha daging. Berawal dari pasokan daging sapi yang berkurang, rekayasa yang menghalalkan segala cara pun dilakukan pemasok daging agar harga dagangan mereka lebih murah dibanding pedagang lain.

Aswani, salah seorang pedagang daging di Pasar Cipete, menuturkan, harga daging sapi kembali naik akibat berkurangnya pasokan. Saat ini, harga eceran daging sapi per kilogram mencapai hingga di atas Rp 100.000. "Ini membuat banyak pedagang kecil lain tentu berusaha mencari harga yang lebih murah," ujar Aswani saat dihubungi Kompas.com, Kamis (13/12/2012).

Kondisi tersebut dipahami oleh beberapa pemasok daging yang ingin memetik keuntungan. Mereka pun merekayasa produk daging yang dijual dengan cara mencampuri daging sapi dengan daging lain yang harganya lebih murah, seperti daging ayam dan daging celeng. "Dengan cara itu, mereka bisa menjual daging di pasaran dengan harga di bawah Rp 50.000," ujar Aswani.

Para pedagang kecil atau pedagang makanan olahan, termasuk tukang bakso, akhirnya beralih membeli daging sapi yang berharga murah tersebut. Kondisi daging oplosan tersebut bisa diketahui atau disadari, bisa pula tidak.

Teknik pemasokan

Untuk mengelabui pembeli, para pemasok daging oplosan punya cara tersendiri. Jamil, salah seorang pedagang daging di Pasar Mampang, yang ditemui Kompas.com, menjelaskan, untuk daging gilingan, para pembeli biasanya bisa membeli langsung di lokasi penjualan. "Kalau sudah digiling, campurannya kan tidak begitu kelihatan. Jadi, karena harganya murah, pembeli ramai-ramai beli ke situ," urai Jamil.

Sementara itu, untuk pemesanan daging mentah, pemasoknya tidak akan memperkenankan pembeli datang langsung ke lokasi. Pemesanan hanya bisa dilakukan melalui hubungan telepon dan daging pesanan akan diantar ke lokasi pemesan. "Jadi, pembelinya nggak tahu di mana tempat pemasok daging itu. Pembeli juga biasanya nggak tahu kalau daging yang dipesan sudah dicampur daging lain," sambung Jamil.

Dengan cara demikian, keberadaan pemasok daging oplosan sulit dilacak petugas pengawasan. Keberadaan mereka hanya diketahui oleh para pelanggan, Umumnya pedagang daging skala kecil seperti Jamil tak terendus khalayak umum dan aparat.

Cara lain diungkapkan oleh Nur Hasan, Kepala Seksi Pengawasan Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta Selatan. Dalam kasus penggilingan daging Eka Prasetya di Pasar Cipete, daging gilingan bisa berasal dari daging sapi/ayam yang diantar para pedagang bakso. Namun, bisa juga, pedagang bakso membeli daging yang sudah digiling di lokasi tersebut.

"Jadi, ada pedagang bakso yang bekerja sama dengan dia agar mendapat daging murah, ada yang tidak tahu-menahu karena membeli daging gilingan atau karena tidak mengawasi proses penggilingan," ujar Nur Hasan.

Dalam situasi tersebut, para pemasok daging seperti Eka Prasetya akan mendapat keuntungan lebih besar lantaran dagangannya diserbu pembeli. Sementara itu, pedagang daging sapi murni sebagaimana Aswani akan ditinggalkan pembeli lantaran gap harga yang mencapai 100 persen dari harga daging oplosan. "Karena itu, pembeli sebaiknya berhati-hati kalau mendapati harga daging yang jauh lebih murah dibandingkan harga pasaran yang normal," pesan Aswani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com