Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompolnas: Polisi Terlalu Mudah Bilang Teror

Kompas.com - 13/09/2013, 21:42 WIB
Dani Prabowo

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Edi Hasibuan menilai, Polri terlalu mudah mengaitkan setiap kasus penembakan terhadap anggotanya dengan kasus teror. Seharusnya, polisi melihat semua aspek sebelum menyimpulkan kasus penembakan tersebut terkait kasus teror atau tidak.

"Paling gampang kan kalau bilang itu kasus teror daripada kasus lainnya," kata Edi kepada Kompas.com, Jumat (13/9/2013).

Dalam kasus penembakan terhadap empat anggota kepolisian di Tangerang Selatan beberapa waktu lalu, polisi menyatakan bahwa penembakan itu merupakan teror terhadap polisi. Polri pun menduga, pelaku penembakan keempat polisi itu dilakukan orang yang sama. Tidak hanya itu, polisi juga telah menyebar dua foto pelaku penembakan tersebut.

Edi mengatakan, ketika polisi mengatakan kasus penembakan polisi merupakan kasus teror, maka pandangan masyarakat akan menyatakan jika kelompok teroris lah yang berada di belakang aksi tersebut. Sementara, sampai saat ini pelaku yang telah disebar fotonya tersebut tak kunjung tertangkap.

Sebelumnya diberitakan, Kepolisian Republik Indonesia mengaku kesulitan menangkap Nurul Haq dan Hendi Akbar, dua pelaku penembakan terhadap polisi di Tangerang Selatan beberapa waktu lalu. Disinyalir, kedua orang tersebut disembunyikan sindikat terorganisasi yang kerap menebar teror terhadap polisi.

"Mereka bukan berdua. Mereka adalah kelompok sindikat. Sindikat inilah yang menyembunyikan mereka," kata Kadiv Humas Polri Irjen Pol Ronny Franky Sompie di Mabes Polri, Rabu (11/9/2013).

Mabes Polri mengklaim telah menemukan lokasi persembunyian kedua orang yang sudah masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) tersebut. Kendati demikian, bukan persoalan mudah ketika polisi akan menangkapnya.

"Informasi sudah ada di tim penyidik, dan hal itu termasuk ke dalam informasi yang dikecualikan (untuk disebarluaskan)," ujarnya.

Lebih lanjut, kata Ronny, dalam penangkapan terhadap para pelaku tindak kriminal, Polri lebih mengedepankan langkah persuasif ketimbang menggunakan kekerasan. Selain untuk menghindari timbulnya korban, Polri ingin meminimalisasi pandangan negatif masyarakat. Pasalnya, selama ini, masyarakat kerap memandang Polri sering melakukan pelanggaran HAM ketika menangkap pelaku tindak kriminal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

Megapolitan
Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com