Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PKL Kembali Berjualan di Dekat Stasiun Cikini

Kompas.com - 17/09/2013, 15:32 WIB
Rahmat Patutie

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Meski sudah diminta pindah beberapa waktu lalu, pedagang kaki lima kembali berjualan di kawasan Stasiun Cikini, Jakarta Pusat. Kali ini mereka menempati trotoar untuk berjualan.

Seorang pedagang, Agung (39), mengatakan, ia terpaksa berjualan di situ lagi karena tidak ada tempat lain untuk membuka lapak. Ia mengaku bingung mencari tempat lain untuk berjualan. "Memang tidak ada relokasi, kita juga bingung. Di sini hanya sementara sambil kita cari lokasi juga," kata Agung.

Sementara itu, Anwar (38) kembali berjualan karena tempat tersebut sangat strategis. Pedagang keranjang rotan itu menyebutkan, dagangannya sangat laku karena masih banyak pembeli di tempat tersebut. Menurut dia, pembeli sudah telanjur mengenal tempat itu sebagai tempat penjualan parsel.

Pria asli Betawi itu menyadari bahwa tempat tersebut tidak diperbolehkan menjadi tempat berjualan karena dapat mengganggu jalan umum. Namun, ia dan kawan-kawannya bersikeras tidak mau pindah jika tidak ada solusi berupa relokasi bagi pedagang.

"Kita dari dulu sudah ada di sini. Bisa saja pindah, yang penting disediakan tempat relokasi," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Penggiat Pedagang Parsel Stasiun Cikini Aldo menegaskan, para pedagang meminta kepastian dari pihak terkait untuk memperhatikan nasib pedagang di tempat tersebut. Menurut Aldo, setelah perajin rotan dan pedagang parsel digusur, belum terlihat upaya membantu pedagang di tempat itu. Menurut dia, hal itu menjadi tanggung jawab yang harus diselesaikan PT KAI selaku pemilik lahan, bukan pemerintah daerah. Lagi pula, kata Aldo, para pedagang di stasiun itu sudah puluhan tahun bekerja sama dengan PT KAI.

Aldo mengatakan, ada sejumlah lokasi yang bisa menjadi alternatif tempat relokasi pedagang. Lokasi itu di Jalan Raya Probolinggo, tepat di belakang gedung rias-rias Cikini, dan di belakang SMP Negeri 8 Cikini. "Situ kan lahan masih kosong, bisa untuk tempat mereka (PKL) berdagang," kata pedagang keranjang rotan tersebut.

Aldo menyebutkan, ia bersama pedagang lain mendukung sepenuhnya penertiban pedagang dan penataan lalu lintas di Cikini. Namun, ia berharap langkah PT KAI dalam menertibkan PKL di stasiun itu sebaiknya dibarengi dengan solusi bagi pedagang seperti yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI di Pasar Tanah Abang.

"Kami semua pedagang setuju, yang penting ada relokasilah buat kita. Masak Tanah Abang ada (tempat relokasi), di sini enggak ada," kata Aldo.

Pantauan Kompas.com di depan Stasiun Cikini, para pedagang keranjang rotan tampak berjejer di Jalan Raya Cikini. Mereka menjajakan barang dagangannya di atas trotoar sepanjang pinggir jalan. Di dekat trotoar tersebut sudah ada pagar seng untuk menahan pedagang agar tidak berjualan di dalam stasiun. Selain itu, tampak pula parkir liar untuk mobil dan sepeda motor yang menggunakan badan jalan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com