Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dijadikan Rumah Contoh, Malah Tak Masuk Kampung Deret

Kompas.com - 20/03/2014, 13:47 WIB
Laila Rahmawati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Halimah (57), warga RT 6 RW 10 Pasar Minggu, tak mendapat bantuan program kampung deret. Padahal, rumahnyalah yang kali pertama dijadikan contoh rumah layak dapat kampung deret oleh pengurus lingkungan setempat (RT dan RW).

"Iya, mereka pertama datang ke sini. Difoto-foto segala. Katanya ini yang pertama akan dapat (kampung deret)," kata nenek lima cucu ini sambil menunjuk rumahnya dan tiga rumah lain yang letaknya berjejeran, Kamis (20/3/2014).

Keempat rumah tersebut memang seharusnya layak dapat kampung deret. Bangunannya terbuat dari papan  yang sudah ditambal sana-sini. Lebar tiap rumah tak lebih dari 2 meter. Jarak antar rumah pun tak ada. Dinding-dindingnya saling berimpitan.

Halimah mengaku dinding rumahnya adalah milik tetangganya. Jika tetangganya membongkar dindingnya, dipastikan rumah Halimah tak berdinding.

Sejak lahir, Halimah tinggal di rumah 2x5 meter persegi tersebut. Rumah itu ia tempati bersama seorang cucunya. Keempat anaknya sudah tinggal di rumah masing-masing, salah satunya di belakang rumahnya.

Rumah yang ditinggali Halimah ini terdiri dari dua ruang. Masing-masing berukuran kira-kira 2x2,5 meter persegi. Tak ada meja kursi layaknya ruang tamu. Di ruang depan, ada sehelai kasur, sebuah TV, dan satu rak pajang.

Ruang belakang, selain kamar mandi yang tak berpintu dan berbak, ada lemari pakaian, kulkas, magic jar, galon minum, serta rak piring. Rak tersebut terletak tepat di depan kamar mandi.

Hal yang merisaukan Halimah adalah ketika hujan datang atau bahkan banjir. Atap rumahnya banyak yang bocor. Jika banjir, ia juga bingung harus mengungsi ke mana.

"Kalau rumah dibangun (kampung deret) kan nanti bisa ditingkat. Jadi enggak sempit begini. Kalau banjir, saya juga bisa ngungsi ke atas. Kemarin aja banjir, banyak barang yang hanyut," kata janda yang sudah tak berpenghasilan dan hanya mengharapkan pemberian anak-anaknya.

Oleh karena itu, dirinya begitu memperjuangkan kampung deret ini. Rencananya, ia dan warga lain yang senasib diundang rapat dengan kelurahan dan pihak terkait yang menangani kampung deret tersebut, Senin (24/3/2014).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dosen Hukum Ini Bantah Ditunjuk Langsung Anwar Usman Sebagai Ahli untuk Lawan MK di PTUN

Dosen Hukum Ini Bantah Ditunjuk Langsung Anwar Usman Sebagai Ahli untuk Lawan MK di PTUN

Megapolitan
Pencurian Mobil di Bogor Direncanakan Matang, Pelaku Intai Mobil Korban Selama 2 Bulan

Pencurian Mobil di Bogor Direncanakan Matang, Pelaku Intai Mobil Korban Selama 2 Bulan

Megapolitan
5 Begal yang Rampas Motor Milik Calon Siswa Bintara Sudah Berulang Kali Beraksi

5 Begal yang Rampas Motor Milik Calon Siswa Bintara Sudah Berulang Kali Beraksi

Megapolitan
Dosen Hukum Laporkan Pria yang Adukan Pelanggaran Etik Anwar Usman, Diduga Cemarkan Nama Baik

Dosen Hukum Laporkan Pria yang Adukan Pelanggaran Etik Anwar Usman, Diduga Cemarkan Nama Baik

Megapolitan
KPU Lantik 60 PPK untuk Kawal Pilkada Bekasi 2024

KPU Lantik 60 PPK untuk Kawal Pilkada Bekasi 2024

Megapolitan
Beraksi di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja, Pelaku Pereteli 3 Ban Mobil dalam 20 Menit

Beraksi di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja, Pelaku Pereteli 3 Ban Mobil dalam 20 Menit

Megapolitan
Cerita Fransiskus Asal Flores, Rela Cuti Kuliah demi Jadi Taruna STIP

Cerita Fransiskus Asal Flores, Rela Cuti Kuliah demi Jadi Taruna STIP

Megapolitan
Pemprov DKI Larang 'Study Tour', Korbankan Pengalaman Anak

Pemprov DKI Larang "Study Tour", Korbankan Pengalaman Anak

Megapolitan
PSI Buka Penjaringan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur untuk Pilkada DKI Jakarta

PSI Buka Penjaringan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur untuk Pilkada DKI Jakarta

Megapolitan
Sebelum Penerimaan Dimoratorium, Catar STIP Sudah Bayar Rp 2 Juta untuk Seleksi Masuk

Sebelum Penerimaan Dimoratorium, Catar STIP Sudah Bayar Rp 2 Juta untuk Seleksi Masuk

Megapolitan
Harapan Baru Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris Turun Tangan dan Ungkap Kejanggalan Kasus Pembunuhan

Harapan Baru Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris Turun Tangan dan Ungkap Kejanggalan Kasus Pembunuhan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan SMK Lingga Kencana | Miliaran Hasil Parkir Mengalir ke Ormas dan Oknum Aparat

[POPULER JABODETABEK] Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan SMK Lingga Kencana | Miliaran Hasil Parkir Mengalir ke Ormas dan Oknum Aparat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 17 Mei 2024 dan Besok: Siang ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 17 Mei 2024 dan Besok: Siang ini Cerah Berawan

Megapolitan
Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW1

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW1

Megapolitan
Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com