Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lembaga Itu Mengusik Pejabat

Kompas.com - 05/05/2014, 21:16 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Walau perannya amat vital, kehadiran Unit Layanan Pengadaan Barang dan Jasa DKI Jakarta seperti tidak diinginkan. Lembaga paling penting dalam pelelangan barang dan jasa di DKI ini harus babat alas. Saat disahkan pembentukannya pada Maret lalu, lembaga ini belum memiliki kantor.

Bahkan, peralatan kerja yang dibutuhkan pun terus ”dikebiri”, mulai dari komputer, mesin cetak, hingga meja dan kursi. Sejumlah pejabat sepertinya kaget, Pemprov DKI memiliki satu-satunya badan pelelangan barang dan jasa pemerintah bernama Unit Layanan Pengadaan (ULP). Lembaga ini diharapkan mempersempit ruang gerak permainan anggaran.

Melihat kondisi itu, Kepala ULP DKI Jakarta I Gede Dewa Sony tidak kuat menahan kekesalannya. Harap maklum, amanah kerja yang begitu berat tidak diimbangi dengan kelengkapan sarana. Hari Jumat (2/5), Sony memberanikan diri menyampaikan segala persoalan itu di hadapan Gubernur DKI Joko Widodo beserta sejumlah pejabat teras DKI.

Sony mengawali pembicaraanya dengan mengatakan, ”Bukannya cengeng dan memelas. Jika harus bekerja di lantai, kami akan melakukannya. Kami akan tetap kerja dengan kondisi yang ada. Namun, kami ingin sampaikan yang sebenarnya agar nanti jika ingin membuat lembaga disiapkan dahulu keperluannya.”

Kondisi darurat

Sementara ini ULP DKI menempati ruangan di Gedung Blok H Lantai 20 Balai Kota Jakarta. Kondisi ruang kerja masih darurat. Karena belum dianggarkan khusus, Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) menyewakan komputer, mesin fotokopi, dan meja-kursi.

Namun, durasi sewa perlengkapan tersebut terbatas. Sewa 50 komputer hanya berlaku dalam waktu sebulan, 12 laptop satu bulan, mesin fotokopi 1 bulan. Adapun meja kursi tiga bulan.

Pada 25 April lalu, 50 komputer ULP habis masa sewanya. Lima hari kemudian, sewa tiga mesin fotokopi habis. Dua bulan lagi, sewa meja dan kursi juga akan habis. Walau kemudian dipinjami BPKD, ada 17 komputer dan dua mesin fotokopi, perlengkapan ini masih minim.

Sony sendiri pakai komputer pribadi. Beberapa pegawai menggunakan laptop sendiri. Bahkan, sejumlah pegawai patungan membeli 10 mesin cetak. ”Harapan kami nanti diganti oleh pemerintah. Sebab, ini mendesak dan kami pakai uang sendiri dahulu,” kata Sony.

Bukan hanya itu, ULP pun menghadapi kendala minimnya sumber daya manusia (SDM). Ada 148 pegawai yang direkrut, tetapi baru 125 yang mendapatkan surat keputusan pengangkatan. Sementara yang aktif hingga awal Mei baru 110 pegawai. Beberapa pegawai tidak aktif karena sejumlah alasan yang berbeda.

Di tengah paparan Sony, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Andi Baso terlibat pembicaraan kecil dengan Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Wiriyatmoko dan Kepala Biro Umum Agustino Darmawan.

Entah apa yang mereka bicarakan. Raut muka mereka terlihat resah. Mungkin mereka ingin menyiapkan solusi atas persoalan yang disampaikan Sony.

Paling penting

ULP merupakan lembaga paling penting di Pempov DKI Jakarta dalam hal pengadaan barang dan jasa. ULP menangani seluruh pelelangan barang dan jasa di atas Rp 200 juta dan biaya konsultan di atas Rp 50 juta. Paling tidak, ada 7.000 paket pengadaan barang dan jasa yang harus dilelang lewat ULP.

Jika proses di ULP tidak lancar, Anggaran Pendapatan dan Belanja DKI senilai Rp 72 triliun dipastikan tidak terserap maksimal. Rakyat jugalah yang bakal menanggung kerugiannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas | Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh

[POPULER JABODETABEK] Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas | Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh

Megapolitan
Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Megapolitan
Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Megapolitan
Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Megapolitan
Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Megapolitan
Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Megapolitan
Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Megapolitan
Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Megapolitan
Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Megapolitan
Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com