Tini, yang juga warga setempat, mengaku mendapat untung berlipat akibat tersendatnya pasokan air PAM di wilayah itu selama dua bulan terakhir. "Ada peningkatan, ya lumayan," kata Tini, kepada Kompas.com, di pemukiman tersebut, Kamis (25/9/2014).
Menurut Tini, omzetnya meningkat hampir 3 kali lipat. Pada situasi normal, artinya pasokan air tidak bermasalah, dia bisa menjual 4 gerobak air sehari. Dalam satu gerobak dia membawa 20 jeriken dengan harga Rp 3.000 per dua jeriken.
Namun, sejak pasokan air PAM di wilayah itu mati, ia kebanjiran permintaan hingga 10-12 gerobak. Dia bisa memperoleh omzet Rp 300.000 sampai dengan Rp 400.000 saat ini.
"Lumayan sih, tapi badannya rontok, masuk gang nyelip-nyelip sih," ujar perempuan yang juga membuka warung itu.
Sebelumnya, sejumlah warga mengaku mengeluhkan pasokan air PAM yang terhenti di wilayah RW 04, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Air yang menjadi kebutuhan utama warga setempat itu mulai "ngadat" sejak dua bulan belakangan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.