Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengelolaan Limbah di Jakarta Lemah, Ini 11 Penyebabnya

Kompas.com - 19/12/2014, 13:55 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pemeriksa Keuangan RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta menemukan bahwa Pemprov DKI Jakarta dan sejumlah instansi terkait lemah dalam pengelolaan air limbah. Lantas apa penyebab lemahnya pengelolaan limbah dalam pemeriksaan BPK DKI tersebut?

BPK DKI menemukan sebelas penyebab lemahnya pengelolaan limbah di Jakarta. Kepala Perwakilan (BPK) Provinsi DKI Jakarta, Efdinal menyebutkan, pertama pengelolaan limbah domestik belum diatur dalam peraturan daerah.

"Penanganan air limbah domestik belum didukung oleh peraturan atau perangkat hukum yang mengikat. Perdanya belum ada. Sedangkan pergub yang cantolannya ke sana juga tidak ada. Kami dorong ada perda sebagai dasar hukum," kata Efdinal, dalam jumpa pers di Gedung BPK RI, di Jalan MT Haryono, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (19/12/2014).

Penyebab kedua yakni DKI belum mengorganisasikan pengelolaan limbah domestik dengan normal. Lembaga penanggung jawab atas kegiatan pengelolaan limbah domestik, khususnya pengelolaan kelembagaan tidak di atur jelas. Ketiga, upaya pengelolaan limbah rumah tangga atau grey water oleh DKI, juga belum optimal.

Padahal, limbah grey water disebut menyumbang 70-80 persen pencemaran di Jakarta. "Air limbah domestik grey water langsung dibuang ke saluran drainase tanpa diolah terlebih dulu, terindikasi menjadi sumber pencemaran terbesar di badan air permukaan DKI Jakarta," ujar Efdinal.

Keempat, yakni penerbitan dokumen rencana tata letak bangunan (RTLB) dan izin mendirikan bangunan (IMB) yang belum memperhatikan perencanaan atas instalasi air limbah domestik. Akibatnya, penanganan pencemaran limbah tidak dapat lebih dini daripada sumber pencemarannya.

Kelima, DKI belum melaksanakan pemeliharaan IPAL komunal secara berkala dan berkelanjutan. Saat ini, lanjut Efdinal, baru ada 35 komunal di DKI. Itupun 25 unit di antarannya tidak jelas kepemilikan dan pengelolaannya.

Baru 10 yang diserahterimakan oleh Dinas PU dan ditetapkan dalam Pergub 1701 Tahun 2013. Keenam, pengelolaan limbah domestik pada IPLT Pulo Gebang dan Duri Kosambi belum optimal. Misalnya, instalasi yang tidak terpelihara baik, SOP yang belum lengkap dan lainnya.

Ketujuh, kinerja pengelolaan limbah tinja belum optimal serta pengawasan atas penyedotan dan pengelolaan limbah septic tank lemah. Beberapa masalah pada poin ini misalnya penyedotan limbah septic tank yang tidak dikoordinasikan oleh Sudin Kebersihan dan penerbitan izin pengangkutan limbah septic tank tanpa didahului pemeriksaan fisik kendaraan.

Sementara poin kedelapan, pengelolaan air limbah domestik oleh PD PAL Jaya pada Waduk Setiabudi belum optimal. Salah satu permasalahan misalnya, BPK DKI menemukan Aerator IPAL di waduk itu tidak berfungsi sejak Januari 2014.

Kesembilan, pengembangan jaringan air limbah terpusat untuk pelanggan rumah tangga belum optimal. Beberapa masalah misalnya, PD PAL Jaya tidak mempunyai pemetaan jaringan pipa air limbah terkini.

Selain itu, cakupan pelanggan rumah tangga PD PAL Jaya masih rendah. "Terkait PD PAL, untuk pelanggan rumah tangga presentasinya sangat kecil. Tidak sampai 1 persen. Dia kebanyakan untuk mal, apartemen, sama perumah tanggaan yang besar, dengan presentasi 2 persen," ujar Ketua Tim Pemeriksa BPK DKI, Herman Wintyas.

Sementara ke sepuluh, upaya DKI dalam pencapaian indikator kinerja pengelolaan limbah domestik belum optimal, dan penurunan Biochemical Oxygen Demand (BOD) sebagai prasyarat dalam rangka percepatan penyelesaian outer sea wall DKI Jakarta sulit tercapai.

Salah satu masalahannya karena target peningkatan kualitas badan air di ibu kota tahun 2013, terutama air laut atau teluk tidak tercapai.

Kesebelas, koordinasi antar intansi dan sosialisasi pengelolaan limbah domestik belum optimal. "Antar instansi terkait, yang mana mengelola limbah belum baik," ujar Efdinal. Instansinya menyarankan agar masalah tersebut dapat diselesaikan oleh Pemprov DKI. Sehingga, lanjutnya, pengelolaan limbah bisa berjalan baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Tapera Bakal Jadi Beban Tambahan Guru dengan Gaji Sangat Kecil dan Kurang'

"Tapera Bakal Jadi Beban Tambahan Guru dengan Gaji Sangat Kecil dan Kurang"

Megapolitan
Belajar dari Kasus Ibu Cabuli Anak, KPAI: Orangtua Belum Tentu Menjamin Keamanan Anak

Belajar dari Kasus Ibu Cabuli Anak, KPAI: Orangtua Belum Tentu Menjamin Keamanan Anak

Megapolitan
KRL Manggarai-Kampung Bandan Jadi Sasaran Vandalisme, KCI Bakal Ambil Tindakan Tegas

KRL Manggarai-Kampung Bandan Jadi Sasaran Vandalisme, KCI Bakal Ambil Tindakan Tegas

Megapolitan
Berkurban 62 Ekor Sapi, PAM Jaya Siap Bantu Masyarakat yang Membutuhkan

Berkurban 62 Ekor Sapi, PAM Jaya Siap Bantu Masyarakat yang Membutuhkan

Megapolitan
Kronologi Kasus 'Bullying' Siswi SD di Depok, Mulanya Korban Ditantang Duel untuk Masuk Geng

Kronologi Kasus "Bullying" Siswi SD di Depok, Mulanya Korban Ditantang Duel untuk Masuk Geng

Megapolitan
Lari Pagi Bareng Zita Anjani, Sandiaga Uno Optimis Kepemimpinan Perempuan di Jakarta Berikan Efek Positif

Lari Pagi Bareng Zita Anjani, Sandiaga Uno Optimis Kepemimpinan Perempuan di Jakarta Berikan Efek Positif

Megapolitan
Rangkaian KRL Manggarai-Kampung Bandan Jadi Sasaran Aksi Vandalisme

Rangkaian KRL Manggarai-Kampung Bandan Jadi Sasaran Aksi Vandalisme

Megapolitan
Trotoar di Pulogadung Sempit, Warga Terpaksa Jalan di Jalur Sepeda

Trotoar di Pulogadung Sempit, Warga Terpaksa Jalan di Jalur Sepeda

Megapolitan
Siswi SD Korban 'Bullying' di Depok Dikenal sebagai Anak Yatim yang Pendiam

Siswi SD Korban "Bullying" di Depok Dikenal sebagai Anak Yatim yang Pendiam

Megapolitan
Ibu yang Cabuli Anak Kandung Menyerahkan Diri Setelah Tahu Diincar Polisi

Ibu yang Cabuli Anak Kandung Menyerahkan Diri Setelah Tahu Diincar Polisi

Megapolitan
Polisi Telusuri Kemungkinan Adanya Unsur Kelalaian dalam Kasus Keracunan Massal di Bogor

Polisi Telusuri Kemungkinan Adanya Unsur Kelalaian dalam Kasus Keracunan Massal di Bogor

Megapolitan
Trotoar di Pulogadung Jadi Tempat Parkir dan Jualan PKL, Pejalan Kaki Susah Lewat

Trotoar di Pulogadung Jadi Tempat Parkir dan Jualan PKL, Pejalan Kaki Susah Lewat

Megapolitan
Bahayanya Trotoar di Pulogadung, Banyak yang 'Berlubang' hingga Minim Penerangan

Bahayanya Trotoar di Pulogadung, Banyak yang "Berlubang" hingga Minim Penerangan

Megapolitan
Pencairan Kartu Lansia Jakarta Telat, Dinsos: Masih Tahap Administrasi

Pencairan Kartu Lansia Jakarta Telat, Dinsos: Masih Tahap Administrasi

Megapolitan
Polisi Koordinasi ke Kominfo untuk 'Takedown' Video Ibu Cabuli Anak yang Viral di Medsos

Polisi Koordinasi ke Kominfo untuk "Takedown" Video Ibu Cabuli Anak yang Viral di Medsos

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com