Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/02/2015, 18:55 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi merasa kecewa dengan sikap Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama yang mengajukan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2015 "bodong" kepada Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

Sebab, lanjut dia, APBD yang diserahkan Pemprov DKI kepada Kemendagri bukanlah APBD hasil pembahasan bersama DPRD DKI. APBD yang diajukan juga bukan merupakan APBD yang sudah disahkan pada paripurna 27 Januari lalu. 

"Saya sebagai Ketua DPRD merasa ditipu, apa yang dilaksanakan oleh eksekutif mengenai APBD 2015. Karena pada saat saya ketok palu, APBD 2015 tanggal 27 Januari sebesar Rp 73,8 triliun. Yang saya alami saat menyuruh eksekutif membeli rokok Djarum, ternyata yang dibeli adalah rokok Dji Sam Soe. Jadi, masalah buat saya karena saya harus bertanggung jawab kepada 106 anggota DPRD. Pembahasan per komisi kok enggak ada dan anggaran dikirim gelondongan saja ke Mendagri tanpa sepengetahuan DPRD," kata Prasetyo kesal dalam konferensi pers yang diselenggarakan di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jumat (13/2/2015). 

Prasetyo mengaku jajaran Dewan telah mendapat surat Kemendagri perihal Raperda APBD DKI 2015. Ia mengklaim Kemendagri juga bingung atas penjabaran APBD yang diserahkan oleh DKI karena berbeda dengan pembahasan yang ada.

Selain itu, lanjut dia, DPRD DKI juga mengirim surat kepada Kemendagri atas APBD bodong tersebut. Menurut Prasetyo, DPRD hingga saat ini tidak mengirim APBD "versi DPRD" seperti yang dituding oleh Basuki sebelumnya.

Padahal, lanjut dia, seharusnya pihak eksekutif dengan legislatif memiliki hubungan baik sebagai mitra kerja. "Akhirnya, terjadilah provokasi seperti ini, padahal kita mitra, saya ini bukan kacung eksekutif dan sebaliknya. Untuk APBD ini, ayo bersama-sama dibahas dan kenyataan yang ada sekarang, terang benderang di media, bahwa saya adalah Ketua DPRD yang saeakan-akan mau mencopet atau apalah bahasanya dia, mencopet uang rakyat. Mereka bilang saya penipu, yang tertipu itu saya," ujar anggota Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) tersebut.

Selain itu, ia juga mengimbau kepada Basuki untuk lebih beretika dalam berbicara. Sebab, lanjut dia, permasalahan yang ada di Jakarta sudah terlalu banyak sehingga tidak sepatutnya seorang pemimpin hanya menyalahkan pihak lainnya.

"Saya ingin mengklarifikasi pernyataan Gubernur di sini bahwa saya bukanlah oknum. Saya sebagai pimpinan lembaga di sini melihat rancangan APBD 2015 yang diajukan ke Kemendagri bukan dokumen yang telah disepakati bersama. Sekali lagi kepada Gubernur, saya minta etikalah kalau bicara, bukan semata-mata saya atau eksekutif yang paling benar. Di sini tidak ada yang benar ataupun salah," kata Prasetyo.

Ahok tak terima

Gubernur Basuki naik pitam ketika disinggung perihal APBD yang dianggap tidak sah oleh DPRD. Hal itu ditengarai karena adanya perbedaan program di APBD yang telah disahkan pada paripurna 27 Januari lalu dan APBD yang diserahkan ke Kemendagri.

Selain itu, DPRD menganggap APBD yang diajukan DKI ke Kemendagri tidak sah karena tidak ada paraf Ketua DPRD selaku Ketua Badan Anggaran (Banggar). 

"Makanya, itu yang saya bilang, kalau kami bisa berantem dengan DPRD. Kalian masih ingat enggak, waktu tahun 2012, saya minta potongan (anggaran) dan saya pangkas, tiba-tiba sudah masuk ke Mendagri (APBD) dalam bentuk bukan versi saya, makanya sekarang saya paksa pakai e-budgeting," kata Basuki kesal menjawab pertanyaan wartawan, di Balai Kota, Rabu (11/2/2015). 

Saat itu, kata Basuki, DPRD DKI menyerahkan APBD versi mereka tanpa menggunakan sistem e-budgeting. Basuki pun telah mengomunikasikan hal ini kepada Mendagri Tjahjo Kumolo.

Kepada Tjahjo, Basuki berharap Kemendagri tidak menerima APBD versi DPRD. Menurut Basuki, melalui penggunaan e-budgeting, dokumen APBD yang diajukan ke Kemendagri tidak perlu paraf Ketua DPRD DKI. Setelah mendapat evaluasi Kemendagri, baru ditandatangani antar-eksekutif dengan legislatif.

"Sekarang enggak boleh pakai paraf lagi karena sudah pakai lock dan pakai password supaya tidak ada lagi orang si A, si B mengubah-ubah anggaran. Ini DPRD gila nih," ucap Basuki. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Taruna yang Tewas Dianiaya Senior Minta STIP Ditutup

Keluarga Taruna yang Tewas Dianiaya Senior Minta STIP Ditutup

Megapolitan
UU DKJ Amanatkan 5 Persen APBD untuk Kelurahan, Heru Budi Singgung Penanganan TBC

UU DKJ Amanatkan 5 Persen APBD untuk Kelurahan, Heru Budi Singgung Penanganan TBC

Megapolitan
Pria 50 Tahun Diiming-imingi Rp 1,8 Juta untuk Edarkan Narkoba di Jaksel

Pria 50 Tahun Diiming-imingi Rp 1,8 Juta untuk Edarkan Narkoba di Jaksel

Megapolitan
Polisi Temukan 488 Gram Sabu Saat Gerebek Rumah Kos di Jaksel

Polisi Temukan 488 Gram Sabu Saat Gerebek Rumah Kos di Jaksel

Megapolitan
KPU: Mantan Gubernur Tak Bisa Maju Jadi Cawagub di Daerah yang Sama pada Pilkada 2024

KPU: Mantan Gubernur Tak Bisa Maju Jadi Cawagub di Daerah yang Sama pada Pilkada 2024

Megapolitan
Heru Budi Sebut Pemprov DKI Bakal Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket yang Ditertibkan

Heru Budi Sebut Pemprov DKI Bakal Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket yang Ditertibkan

Megapolitan
Heru Budi Sebut Pemprov DKI Jakarta Mulai Tertibkan Jukir Liar Minimarket

Heru Budi Sebut Pemprov DKI Jakarta Mulai Tertibkan Jukir Liar Minimarket

Megapolitan
Rute KA Tegal Bahari, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Tegal Bahari, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
20 Pelajar SMA Diamankan Polisi akibat Tawuran di Bangbarung Bogor

20 Pelajar SMA Diamankan Polisi akibat Tawuran di Bangbarung Bogor

Megapolitan
Jakarta Utara Macet Total sejak Subuh Buntut Trailer Terbalik di Clincing

Jakarta Utara Macet Total sejak Subuh Buntut Trailer Terbalik di Clincing

Megapolitan
Polisi Periksa 36 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Periksa 36 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Ngerinya Kekerasan Berlatar Arogansi Senioritas di STIP, Tradisi yang Tak Benar-benar Hilang

Ngerinya Kekerasan Berlatar Arogansi Senioritas di STIP, Tradisi yang Tak Benar-benar Hilang

Megapolitan
Hanya Raih 4 Kursi DPRD, PKB Kota Bogor Buka Pintu Koalisi

Hanya Raih 4 Kursi DPRD, PKB Kota Bogor Buka Pintu Koalisi

Megapolitan
Ahmed Zaki Bertemu Heru Budi, Silaturahmi Lebaran Sambil Diskusi Daerah Khusus Jakarta

Ahmed Zaki Bertemu Heru Budi, Silaturahmi Lebaran Sambil Diskusi Daerah Khusus Jakarta

Megapolitan
Toyota Fortuner Picu Kecelakaan Tol MBZ, Ternyata Mobil Dinas Polda Jabar...

Toyota Fortuner Picu Kecelakaan Tol MBZ, Ternyata Mobil Dinas Polda Jabar...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com