JAKARTA, KOMPAS.com — Kakak terduga pelaku pembakaran mengakui bahwa adiknya, ST (46), memiliki keterbelakangan mental. Purwanto (50), sang kakak, menceritakan bahwa ST baru bisa membaca saat berusia 12 tahun, dan tidak lulus sekolah dasar.
"Umur 12 tahun baru bisa baca," cerita Purwanto saat ditemui di Polsek Metro Jatinegara, Rabu (4/3/2015).
Lebih lanjut, Purwanto juga menambahkan bahwa adiknya memilih meninggalkan rumah sejak berusia 12 tahun. Sejak itu, ST hidup menggelandang di jalan.
"Dia tidak suka dikekang, makanya dia memilih untuk pergi. Padahal saya masih bisa merawatnya dengan baik," ujar Purwanto.
ST, bersama istrinya yang berinisial R (35), diduga membakar bayinya yang sudah tak bernyawa.
Kejadian bermula pada Jumat (27/2/2015) pagi. R yang diketahui tengah hamil besar tiba-tiba melahirkan di dekat sebuah tumpukan sampah yang biasanya dijadikan tempat tinggal oleh pasangan ini.
"Bayi itu tiba-tiba dilahirkan begitu saja, dan jatuh ke bawah (tanah)," kata Kepala Polsek Metro Jatinegara Komisaris Dasril, di Mapolsek Metro Jatinegara, Jakarta Timur, Rabu (4/3/2015).
Dasril melanjutkan, R yang mengetahui anaknya lahir dalam kondisi meninggal kemudian menaruhnya dalam kardus. Ia kemudian membawa kardus tersebut ke tumpukan sampah.
"Setelah itu, dia (R) pergi mencari suaminya. Kita juga heran dia itu kuat. Setelah melahirkan, dia mengaku jalan mencari suaminya," ujar Dasril.
Beberapa hari kemudian, pasangan yang tidak punya tempat tinggal tetap ini akhirnya kembali ke lokasi tumpukan sampah, Minggu (1/3/2015) sekitar pukul 19.00. Tujuannya untuk beristirahat malam di dekat lokasi sampah itu.
Ketika hendak istirahat, ST mengambil korek dan membakar tumpukan sampah tersebut. "Dia maksudnya bakar sampah supaya tidak ada nyamuk. Ketika itu, bayi yang diletakkan dalam kardus sudah tidak terlihat di tumpukan sampah. Jadi, dia bakar saja sampah yang ada di situ," ujar Dasril.
Dasril mengatakan, bayi yang sudah meninggal ketika dilahirkan sebelumnya itu akhirnya ikut terbakar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.