Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemilik: Setiap Kosan Pasti Ada Aturan, tetapi Siapa Bisa Terus Mengawasi

Kompas.com - 19/04/2015, 09:53 WIB
Tangguh Sipria Riang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemilik kos-kosan di Jakarta mengemukakan beragam reaksinya pascainsiden kematian Deudeuh Alfi Sahrin di kos-kosannya daerah Tebet, Jakarta Selatan. Beberapa pemilik mengaku tidak khawatir terjadi hal serupa tempat kosnya karena sudah memiliki aturan baku.

Anton Nugros (37), pemilik kosan daerah Salemba, Jakarta Pusat, mengaku tidak menerapkan aturan baru sejak peristiwa pembunuhan Alfi. Dia selalu menegur jika ada penghuni yang membawa pasangan ke dalam kamar.

"Di sini tidak bebas, khusus cowok. Tapi tidak ada aturan baru, masih seperti dulu. Kalau ketahuan membawa masuk cewek, langsung ditegur, takut berbuat asusila," ujar Anton kepada Kompas.com, Minggu (19/4/2015).

Peraturan ketat juga diterapkan di kos-kosan milik Haji Eger di kawasan Palmerah Barat, Jakarta Pusat. Menurut seorang penghuninya, Dono (23), pemilik kos cukup tegas dalam menerapkan aturan mengingat rumah kos itu menerima lelaki, perempuan, dan pasangan suami istri.

"Tempat (kos-kosan) saya isinya campur. Dulu pernah ada penghuni yang ketahuan pacaran dalam kamar. Dilaporin penghuni lainnya, pemilik kos marah, diusir hari itu juga," ungkap karyawan sebuah perusahaan swasta itu.

Namun ada juga pemilik kosan yang tidak terlalu mempersoalkan aturan yang ada di kos-kosan miliknya. Seperti yang diungkapkan Destyani (20), penghuni kos-kosan di Rawa Belong, Jakarta Barat.

Menurut Desty, pemilik kos tidak begitu memedulikan aktivitas penghuni. "Kalau kata ibu kos, yang penting bayar tepat waktu. Kos-kosan saya khusus cowok lho, jadi jiwaku berubah jadi cowok," tuturnya.

Begitu juga dengan kos-kosan di wilayah Tanjung Duren, Jakarta Barat. Beberapa kos-kosan di wilayah dekat kampus tersebut banyak yang menerapkan aturan jam malam bagi tamu kos-kosan. Seperti yang dikatakan salah satu penghuninya, Nadya (22).

"Meski kos-kosan campur, tapi tetap saja tamu tidak boleh menginap. Nanti ditegur penjaganya. Biasanya, ada batas jam malam sampai jam 11 (23.00 WIB). Kalau sudah keseringan, paling ditegur doang," papar staf marketing sebuah perusahaan itu.

Sementara itu, pemilik kos-kosan lainnya, Angki (30), mengatakan jika setiap kos-kosan pasti memiliki aturan. Namun ia menyadari praktiknya tidak selalu berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Pemilik kos-kosan di wilayah Pengadegan, Jakarta Selatan itu, menilai, penghuninya sudah dewasa dan bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya masing-masing.

"Biasanya kos-kosan itu pasti ada aturannya. Tidak boleh bawa pasangan ke kamar, ada jam malam, kalau bertamu pintu harus selalu dibuka dan lain-lain. Tapi siapa yang bisa mengawasi setiap saat? Mereka (penghuni) juga sudah gede ini, nanti kan tanggung jawab masing-masing aja kalau terjadi apa-apa," timpalnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Pembangunan Saluran Air hingga 30 November, Pengendara Diimbau Hindari Jalan Ciledug Raya

Ada Pembangunan Saluran Air hingga 30 November, Pengendara Diimbau Hindari Jalan Ciledug Raya

Megapolitan
Panca Darmansyah Berupaya Bunuh Diri Usai Bunuh 4 Anak Kandungnya

Panca Darmansyah Berupaya Bunuh Diri Usai Bunuh 4 Anak Kandungnya

Megapolitan
Trauma, Siswi SLB yang Jadi Korban Pemerkosaan di Kalideres Tak Mau Sekolah Lagi

Trauma, Siswi SLB yang Jadi Korban Pemerkosaan di Kalideres Tak Mau Sekolah Lagi

Megapolitan
Dinas SDA DKI Jakarta Bangun Saluran Air di Jalan Ciledug Raya untuk Antisipasi Genangan

Dinas SDA DKI Jakarta Bangun Saluran Air di Jalan Ciledug Raya untuk Antisipasi Genangan

Megapolitan
Jaksel dan Jaktim Masuk 10 Besar Kota dengan SDM Paling Maju di Indonesia

Jaksel dan Jaktim Masuk 10 Besar Kota dengan SDM Paling Maju di Indonesia

Megapolitan
Heru Budi: Ibu Kota Negara Bakal Pindah ke Kalimantan Saat HUT ke-79 RI

Heru Budi: Ibu Kota Negara Bakal Pindah ke Kalimantan Saat HUT ke-79 RI

Megapolitan
Bandar Narkoba di Pondok Aren Bersembunyi Dalam Toren Air karena Takut Ditangkap Polisi

Bandar Narkoba di Pondok Aren Bersembunyi Dalam Toren Air karena Takut Ditangkap Polisi

Megapolitan
Siswi SLB di Kalideres yang Diduga Jadi Korban Pemerkosaan Trauma Lihat Baju Sekolah

Siswi SLB di Kalideres yang Diduga Jadi Korban Pemerkosaan Trauma Lihat Baju Sekolah

Megapolitan
Masih Dorong Eks Warga Kampung Bayam Tempati Rusun Nagrak, Pemprov DKI: Tarif Terjangkau dan Nyaman

Masih Dorong Eks Warga Kampung Bayam Tempati Rusun Nagrak, Pemprov DKI: Tarif Terjangkau dan Nyaman

Megapolitan
Suaminya Dibawa Petugas Sudinhub Jakpus, Winda: Suami Saya Bukan Jukir Liar, Dia Tukang Servis Handphone

Suaminya Dibawa Petugas Sudinhub Jakpus, Winda: Suami Saya Bukan Jukir Liar, Dia Tukang Servis Handphone

Megapolitan
Ditangkap Polisi, Pencuri Besi Pembatas Jalan di Rawa Badak Kerap Meresahkan Tetangga

Ditangkap Polisi, Pencuri Besi Pembatas Jalan di Rawa Badak Kerap Meresahkan Tetangga

Megapolitan
Kronologi Terungkapnya Penemuan Mayat Dalam Toren yang Ternyata Bandar Narkoba

Kronologi Terungkapnya Penemuan Mayat Dalam Toren yang Ternyata Bandar Narkoba

Megapolitan
Polisi Proses Laporan Dugaan Pemerkosaan Siswi SLB di Jakbar

Polisi Proses Laporan Dugaan Pemerkosaan Siswi SLB di Jakbar

Megapolitan
Buka Penjaringan Bacagub Jakarta, DPW PSI: Kami Cari Jokowi-Jokowi Baru

Buka Penjaringan Bacagub Jakarta, DPW PSI: Kami Cari Jokowi-Jokowi Baru

Megapolitan
13 Jukir Liar di Jakpus Dirazia, Ada yang Mau Kabur, Ada yang Tersenyum Lebar

13 Jukir Liar di Jakpus Dirazia, Ada yang Mau Kabur, Ada yang Tersenyum Lebar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com