Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mulai 6 September, Tak Boleh Kampanye Politik di "Car Free Day"

Kompas.com - 01/09/2015, 07:01 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mulai 6 September mendatang, Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta akan melakukan pengawasan pada kegiatan hari bebas kendaraan bermotor atau car free day. Keberadaan Satpol PP bertujuan untuk menertibkan setiap kampanye politik yang dilakukan oleh mereka yang mengikuti car free day.

Kepala Satpol PP Kukuh Hadi Santoso mengatakan, penertiban ini merupakan tindak lanjut dari perintah Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Ahok memerintahkan hal itu setelah adanya upaya pengumpulan dukungan fotocopy KTP untuk dirinya oleh sekelompok orang yang menamakan diri "Dukung Ahok Gubernur" saat car free day pada Minggu (30/8/2015) lalu.

"Car free day itu bukan ajang untuk berpolitik, tapi ajang untuk berolahraga. Bila masyarakat mau mengadakan lomba lari silakan, mau mengadakan gerak jalan silakan. Tapi saya tegaskan, car free day bukan ajang untuk dukung-mendukung sosok politik tertentu," kata Kukuh, saat dihubungi Senin (31/8/2015).

Kukuh meminta warga untuk mendukung kebijakan tersebut. Ia juga mengimbau agar warga tidak sungkan untuk melapor apabila terjadi pelanggaran karena Satpol PP tidak bisa sepenuhnya mengawasi kegiatan car free day yang setiap pekannya dilakukan di sepanjang Jalan Sudirman, MH Thamrin, dan Medan Merdeka Barat.

"Tidak semua kegiatan di car free day itu terdaftar. Ada yang spontan beraksi, tiba-tiba menyuarakan dukungan tertentu. Kita kan tidak tahu niatnya. Mana mungkin kita tahu niat orang sebanyak itu saat mereka berangkat dari rumah," ujar Kukuh.

Sebelumnya, Ahok langsung meminta Satpol PP menertibkan setiap kampanye politik yang dilakukan warga setelah mengetahui ada gerakan "Dukung Ahok Gubernur". Melalui twitternya, @basuki_btp, Ahok menyatakan Pemprov DKI sudah menetapkan bahwa car free day tidak boleh dimanfaatkan untuk kegiatan politik. Peraturan ini berlaku untuk semua pihak tanpa terkecuali, termasuk oleh pendukungnya sendiri.

"Saya ikuti pesan Pak gubernur. Pak Gubernur memerintahkan, walau pun gerakan politiknya mendukung Beliau, harus disikat. Beliau taat kepada konstitusi, kepada aturan. Kalau kata Beliau harus disikat walau pun dukung beliau, ya saya sikat," papar Kukuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com