Namun, usulan itu dinilai tidak pas oleh pengamat tata kota asal Universitas Trisakti Nirwono Joga. Menurut Joga, DPRD perlu melihat kondisi lahan makam yang kini semakin sedikit.
Jika dibangun kompleks pemakaman mewah, dikhawatirkan tidak ada lagi lahan makam untuk warga kalangan menengah hingga menengah ke bawah. (Baca: DPRD Usulkan Pemakaman Berkonsep "San Diego Hills" Dibangun di Jakarta)
"Sekarang belum butuh lahan pemakaman mewah. Lagi krisis lahan makam untuk dua tahun ke depan. Kondisi lahan dan angka kematian orang di Jakarta 100 orang per hari, ketersediaan makam tinggal dua tahun lagi. Artinya, kalau jadi fokus, DPRD bantu di situ," kata Joga saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (26/9/2015).
Joga juga memandang, jika DPRD tidak memikirkan bagaimana ketersediaan lahan pemakaman umum di Jakarta, ke depannya, bisa terjadi yang namanya penolakan pemakaman.
Penolakan pemakaman yang dimaksud adalah pengelola pemakaman umum yang mau tidak mau menolak jenazah yang ingin dimakamkan di tempat itu.
Dengan melihat kondisi lahan makam di DKI yang terbatas, DPRD dinilai perlu mendukung pengadaan lahan makam baru dan perlu melakukan sejumlah terobosan melalui beberapa kebijakan.
Joga mencontohkan, seperti di beberapa tempat di luar negeri, ada aturan kuburan yang sudah berumur 30 tahun lebih bisa digunakan kembali dengan pertimbangan kerangka jenazah sudah tinggal tulang.
"Terobosan-terobosan apa yang bisa dilakukan. Ini kan tugas DPRD, tentang peraturan. Lahan tidak bertambah, apalagi untuk makam. Ruang terbuka hijau makin berkurang. Makam juga banyak digusur," tutur Joga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.