Dalam kondisi perekonomian yang sulit, seseorang cenderung mudah dipengaruhi ideologi radikal. (Baca: Bahaya Radikalisme)
"Banyak faktor, salah satunya juga ekonomi. (Akhirnya) jadi mudah merekrut orang yang miskin untuk dididik jadi orang yang radikal," kata Djarot saat membuka sekolah agama dan bina damai di Wisma Samadi, Jalan Dermaga No 6, Duren Sawit, Jakarta Timur, Senin (23/11/2015).
Sekolah agama dan bina damai tersebut mengangkat tema "Meneguhkan Kembali Komitmen Kebangsaan Melalui Kerukunan Umat Beragama".
Djarot pun mengakui bahwa kesulitan ekonomi masih terjadi karena pembangunan yang belum merata.
"Motif itu yang jadi pemicu, ditumpangi masalah agama atau suku padahal yang sebenarnya ketimpangan ekonomi," sambung Djarot.
Atas dasar itu, Djarot mengingatkan tanggung jawab pemerintah dalam mencegah ancaman radikalisasi berkembang di masyarakat.
Perkembangan medsos jadi tantangan
Ia juga menilai, perkembangan media sosial dan digital menjadi tantangan dalam kehidupan bernegara saat ini.
Arus informasi yang berkembang luas rawan dimaanfaatkan pihak tertentu untuk menyebarkan paham radikalisme. (Baca: BNPT Gandeng Para Kyai Seluruh Jember untuk Cegah Radikalisme)
"Artinya tantangan anak cucu kita itu jauh lebih berat. Karena itu, maka yang perlu kita lakukan bersama adalah membangun pondasi yang kuat, perbanyak kader lintas generasi," ujar Djarot.
Ia pun berharap sekolah agama dan bina damai semacam ini bisa mengambil peran untuk mencegah penyebaran radikalisme.
"Sehingga di sekolah ini jangan berhenti di sini saja, enggak boleh. Harusnya diturunkan nilai-nilai seperti ini masuk pada level anak usia emas. Mulai dari Paud, TK, SMP, SMA dan seterusnya," sambung Djarot.
Adapun tujuan diadakannya sekolah Sabda tersebut agar dapat menciptakan kader perdamaian. (Baca: PBNU Didesak untuk Cegah Penyebaran Ideologi Radikalisme)
Sekolah Agama dan Sabda ini digelar dengan tujuan menciptakan rasa persaudaraan di tengah kehidupan masyarakat ibu kota.
Sejumlah tokoh yang hadir yakni Wakil Uskup Agung Jakarta Romo Samuel Pangestu, Ketua FKUB DKI Jakarta, KH Ahmad Syafi'I Mufid, dan lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.