Pantauan dalam beberapa hari terakhir, seperti di Halte Lebak Bulus, tidak ada fasilitas trotoar yang aman dan memadai.
Penumpang yang turun dan hendak melanjutkan perjalanan ke arah Tangerang Selatan harus berjalan berdampingan dengan kemacetan lalu lintas kendaraan di jalan tersebut.
Di Lebak Bulus, ruas trotoar yang sempit justru diokupasi untuk parkir sepeda motor dan tempat berjualan pedagang kaki lima.
Di halte ini juga tidak ada fasilitas park and ride yang memudahkan penumpang memarkir kendaraannya.
Selain itu, di kawasan ini juga tengah berlangsung proyek pembangunan transportasi massal cepat (MRT) yang berdampak terhadap area parkir bus transjakarta yang semakin sempit.
Berbeda dengan di Halte Lebak Bulus, fasilitas trotoar di Halte Harmoni cukup memadai. Trotoar selebar 1,5 meter-2 meter dimanfaatkan warga untuk berjalan saat masuk atau keluar halte.
Di pertokoan di sekitar halte pun tersedia lokasi parkir yang bisa digunakan untuk penitipan kendaraan para calon penumpang.
Trotoar menjadi elemen penting dalam mendukung penggunaan angkutan umum oleh masyarakat. Trotoar menjadi penghubung dari satu lokasi ke lokasi lain yang bisa dicapai dengan berjalan kaki.
Trotoar juga dibutuhkan untuk mencapai halte bus dan stasiun kereta api. Trotoar yang nyaman, hijau dengan deretan pohon teduh, amat dibutuhkan hadir di kota ini agar orang mau menggerakkan badan berjalan dan naik angkutan umum.
Integrasi setengah hati
Selain trotoar, integrasi transjakarta dengan angkutan umum reguler juga masih jauh dari harapan.
Kasatmata, ada begitu banyak angkutan umum, seperti bus-bus besar, sekelas metromini hingga sejenis mikrolet, berkeliaran di Jakarta, termasuk juga angkutan massal kereta api. Akan tetapi, tidak semua moda itu saling terhubung.
Saat turun dari Stasiun Sudirman, Jakarta Pusat, jika ingin melanjutkan perjalanan dengan transjakarta, maka calon penumpang harus turun dari stasiun berjalan keluar, menyeberangi jalan, kemudian baru menemukan tangga menuju jembatan ke arah halte transjakarta.
"Capek, mana tanda penunjuk arah halte busway juga ga ada," kata Kasih (37), ibu rumah tangga asal Pondok Aren, Tangerang Selatan, yang pada Sabtu (30/1) berwisata ke pusat Ibu Kota sekaligus ingin mengenalkan angkutan umum kepada putri tunggalnya, Sari (12). (DEA/JAL/NEL)
---------
Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Senin, 1 Februari 2016, dengan judul "Fasilitas Pendukung Masih Tidak Memadai".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.