JAKARTA, KOMPAS.com - Pada sekitar September 2001, kepolisian disebut pernah mengungkap mengenai kasus perdagangan perempuan yang terjadi di Kalijodo.
Terungkapnya kasus tersebut diawali saat adanya salah seorang perempuan dengan nama samaran Sari (22) yang melarikan diri dari sebuah bar tak jauh dari kawasan itu.
Dalam bukunya, Geger Kalijodo, Krishna Murti, yang kini dikenal sebagai Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya dengan pangkat Komisaris Besar, menuturkan, saat itu Sari melaporkan mengenai penyekapan yang ia dan 16 temannya alami di bar yang diketahui dimiliki oleh seseorang bernama Iskandar itu.
"Sari mengaku harus berjuang keras untuk bisa lolos dari bar itu. Berbagai usaha dia lakukan untuk bisa keluar dari cengkraman mucikari dan tukang pukul yang selalu mengawasi gerak geriknya," tutur Krishna.
Saat itu, Krishna menjabat sebagai Kapolsek Metro Penjaringan. Ia menyebut pada awalnya petugas piket yang menerima laporan Sari sempat cuek. Karena, mereka menganggap bar tempat Sari disekap merupakan tempat pelacuran.
"Tapi setelah membaca laporan itu, saya katakan bahwa kasus ini kasus serius, tentang penjualan wanita di bawah umur atau yang dikenal dalam dunia internasional sebagai woman trafficking. Satu jenis kejahatan terorganisir seperti halnya sindikat narkotika," papar Krishna.
Krishna menuturkan, saat penyelidikan, pihaknya mendapatkan fakta bahwa para korban dijanjikan pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga. Namun sesampainya di Jakarta, mereka dipaksa untuk menjual diri. (Baca: "Preman Kalijodo Sekali 'Ngamuk' Bisa Bahaya, Mending Ahok Pikir-pikir Dulu...")
Menurut Krishna, saat tiba di Stasiun Senen atau Terminal Kampung Rambutan, para korban didekati salah seorang anggota sindikat. Orang inilah yang membujuk korban dengan dalih mencarikan pekerjaan.
"Jika korban menolak, mulailah mereka memasang taring. Mereka mengancam akan menyekap korban di rumah kos-kosan milik pelaku," tutur Krishna. (Baca: PSK Kalijodo: Ahok Kagak Bisa "Ngancurin", kecuali Pakai Tank...)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.