JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta Bambang Dwi Hartono menilai elektabilitas tinggi yang dimiliki seorang kepala daerah petahana bukan jaminan untuk memenangkan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Ia kemudian mencontohkan elektabilitas Gubernur DKI Jakarta menjelang Pilkada DKI 2012, Fauzi Bowo atau Foke, dengan penantangnya saat itu, Joko Widodo.
Ia melontarkan pernyataan itu menanggapi tingginya elektabilitas Gubernur DKI Jakarta petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang dalam beberapa survei selalu menempati peringkat pertama.
"Kami punya pengalaman 5 tahun lalu. Waktu itu popularitas Foke tinggi, Jokowi masih rendah. Situasinya kira-kira persis seperti sekarang. Memang kecenderungannya incumbent (petahana) tinggi," kata Bambang di sela-sela konsolidasi dan pemantapan pengurus PDI Perjuangan se-Jakarta Selatan di GOR Bulungan, Jakarta Selatan, Minggu (10/4/2016).
Pada Pilkada 2012, Jokowi pada akhirnya bisa mengalahkan Foke. Menurut Bambang, kunci kemenangan Jokowi saat itu adalah optimalnya pergerakan mesin partai. Hal itulah yang diharapkannya bisa diulangi lagi pada Pilkada 2017.
"Banyak daerah yang elektabilitas incumbent-nya tinggi, tapi bisa juga dikalahkan. Jadi karena itu kita harus banyak konsolidasi ke dalam," ujar mantan Wali Kota Surabaya ini.