Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pak RT yang Rumahnya Digusur Agung Sedayu

Kompas.com - 14/04/2016, 10:38 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pasangan Budi Sutardi (59) dan Yuni Istianah (57) bingung ke mana harus mencari uang untuk membayar kontrakan yang mereka tempati selama sebulan terakhir. Mereka harus membayar Rp 5 juta paling lambat tanggal 16 April ini.

Padahal sebulan sebelumnya mereka masih tinggal di rumah sendiri, lengkap dengan AC, perabotan kayu jati, empang, dan kebun, di lahan seluas 5.000 meter per segi.

Rumah Budi dan Yuni berada di lahan bekas Fatmawati Golf yang bersebelahan dengan Rumah Sakit Fatmawati. Budi memang tak memiliki sertifikat kepemilikan. Namun ia telah menempati tanah itu sejak 1985.

"Saya dulu kepala keamanan di sini, juga yang mengelola golf bersama dengan Yayasan Fatmawati dari tahun 1980. Saya diperbolehkan membangun rumah di situ, istilahnya diakui sebagai penggarap," kata Budi kepada Kompas.com di Jakarta, Rabu (13/4/2016).

Pemukiman di bekas lahan golf itu diakui oleh Lurah dan Camat setempat. Mereka tergabung dalam RT 03, di mana Budi menjadi ketuanya, dan RT 04, RW 09 Kelurahan Cilandak Barat, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan.

Namun pada 13 Maret lalu, sebuah buldozer dan backhoe masuk menghancurkan rumah Budi dan tiga rumah warga RT 03 lainnya. Sedangkan seluruh warga RT 04 dengan 20 keluarga yang tinggal di Rumah Susun Flat RS Fatmawati, telah digusur sebulan sebelumnya.

Penggusuran sempat ricuh, bahkan seorang warga, Ratih Kusumawardhani sempat melapor ke Polres Jakarta Selatan karena anggota keluarganya terluka.

"Nggak ada pemeberitahuan apa-apa, pokoknya tiba-tiba rumah kita dihancurkan aja, anak orang sampai robek kakinya karena saya tarik keluar pas backhoe mau ratakan rumahnya," tutur Budi.

Ia hanya disuruh oleh orang bernama Ujang Safrudin yang mengaku pegawai Yayasan Fatmawati, untuk pindah karena lahan akan digunakan. Ia pun diminta untuk mengambil uang ganti rugi ke kantor Yayasan Fatmawati yang beralamat di Jalan Penjernihan IV No. 13, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

"Sampai sana tidak ada orang, mereka bilang nggak tahu-menahu soal penggusuran itu," kata Budi.

Saat digusur, Budi, istrinya, dua orang anak mereka, beserta sisa perabotan diangkut ke sebuah rumah kontrakan di Jalan Wijaya Kusuma, Pondok Labu, Cilandak, yang berjarak sekitar 300 meter dari rumah mereka.

Peristiwa itu sempat disaksikan oleh Camat Cilandak Dany Sukma yang menurut pengakuan Budi hanya meminta maaf karena tak dapat berbuat apa-apa. Hingga tulisan ini turun, baik Yayasan Fatmawati maupun Dany Kusuma tidak merespons Kompas.com yang berusaha melakukan konfirmasi.

"Tiba-tiba saya disuruh tinggal di situ, kata yang punya kontrakan sudah dibayar sebulan. Nah bulan ini kan saya harus bayar lagi, uang dari mana? Saya cuma pensiunan yang terima Rp 2.000.000 sebulan," ujar Budi.

Budi bingung apa yang harus dilakukannya.

"Saya tidak masalah diminta pindah, tapi saya minta keadilan, ganti rugi atas rumah yang saya bangun secukupnya saja," kata Budi.

Budi hanya menempati 5000 meter per segi dari 22,8 hektar lahan kosong miliki Yayasan Fatmawati itu. Di lahan itu rencananya akan dibangun 19 tower Apartemen Fatmawati City Center milik Agung Sedayu Group. Unit-unit pun telah dipasarkan sejak tahun lalu meski pembangunan belum dimulai.

"Mereka bangun kantor pemasaran nggak ada izin sama saya sebagai ketua RT. Mau bangun apartemen di situ juga warga kami nggak pernah disurvei untuk Amdal," kata Budi.

Di sela kegalauannya hilir mudik mengurus masalah ganti rugi, Budi masih sempat tertawa lepas Rabu sore, saat melihat kantor pemasaran Apartemen Fatmawati City Center yang hampir rampung, dibongkar Suku Dinas Tata Kota Jakarta Selatan karena tak memiliki izin mendirikan bangunan.

"Mungkin itu karma ya buat mereka, sebulan lalu gusur orang kecil, sekarang mereka yang digusur."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com