Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marahnya Ahok dan Kalemnya Djarot Hadapi Masalah Banjir

Kompas.com - 23/04/2016, 08:15 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Banjir melanda sejumlah wilayah Jakarta, Kamis (21/4/2016) lalu. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Wakil Gubernur Djarot Saiful Hidayat menampilkan sikap yang berbeda menghadapi masalah banjir tersebut.

Ahok menyatakan keheranannya dengan adanya banjir di beberapa tempat, padahal menurut dia seharusnya itu tidak terjadi. Ia pun menyalahkan anak buahnya terkait penanganan lapangan mereka saat menghadapi banjir.

Dalam rapat terbuka yang digelar di Balai Kota DKI, Ahok meluapkan kemarahannya kepada Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi terkait genangan yang muncul di Pademangan, Jakarta Utara dan Jalan Gunung Sahari, Jakarta Pusat.

Ahok marah karena mesin pompa di rumah pompa Ancol, Pademangan, dimatikan saat banjir pada Kamis itu. (Baca: Ahok "Semprot" Wali Kota Jakut karena Ada Pompa Dimatikan)

Ahok mengatakan, tidak masuk akal bahwa mesin pompa dimatikan dengan alasan air laut masuk melewati tanggul. Ia justru mendapat informasi dari petugas di lapangan bahwa belum pernah ada air laut masuk melebihi ketinggian tanggul. Ketinggian tanggul mencapai 2,8 meter.

"Dia (petugas) bilang air laut pasang paling tinggi 2,6 meter, itu juga belum melintas di pintu air. Jadi, tidak ada cerita pompa dimatiin karena air laut melimpas," ujar Ahok.

Rustam pun kena "semprot" Ahok.

Peserta lain dalam rapat itu adalah Wali Kota Jakarta Pusat Mangara Pardede, para petugas Dinas Tata Air, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Djarot kalem

Di tempat terpisah, Djarot menunjukkan sikap kalem dalam menghadapi banjir. Ia meminta warga untuk tidak saling menyalahkan terkait banjir.

Usai shalat di Masjid Al Abror, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, Jumat kemarin, Djarot meminta warga untuk bertanggung jawab dengan lingkungannya sendiri.

Ia menegaskan banjir yang terjadi hari Kamis itu juga karena faktor alam. Namun, ia berharap warga tidak menyalahkan alam, misalnya dengan menyebut bencana itu karena banjir kiriman.

"Kalau banjir iyalah, hujan segitu lamanya, masuk sangat lebat, dan merata lagi. Kiriman dari Depok enggak apa-apa, kita enggak usah saling menyalahkan ya, saya bilang tadi, kerja saja kita, capek saling menyalahkan," kata Djarot.

Ia juga mengatakan, kasus mesin pompa mati agar tidak buru-buru menyalahkan Dinas Tata Air. Sebaiknya dilihat dulu masalahnya, apakah ada unsur sengaja atau karena faktor alam.

"Begini, pompa rusak ada penyebabnya ya. Salah satu yang paling sering adalah karena sampah. Makanya, kalau Dinas Tata Air sudah tahu mau rusak enggak diperbaiki, ya salah dia. Tetapi, kalau sudah bagus betul kemudian (rusak) karena faktor alam, apakah salah dia," kata Djarot.

Ia menekankan, jika terjadi banjir kemudian pompa air tidak dihidupkan, itu bisa dikatakan salah.

"Kalau salah itu apabila sudah rusak, kena sampah, terus dia diam saja, enggak diperbaiki, ya ini enggak benar, atau ketika banjir, pompanya enggak diaktifkan. Nah, ini baru salah," kata Djarot.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com