Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok Anggap Penggunaan Rel Lebar untuk LRT Baru Terasa Berguna Puluhan Tahun Mendatang

Kompas.com - 14/05/2016, 08:37 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyatakan, saat ini, hampir seluruh negara-negara di dunia menggunakan jenis rel dengan lebar 1.435 mm untuk prasarana perkeretaapiannya.

Hal inilah yang membuatnya ngotot agar jenis rel itu digunakan untuk light rail transit (LRT) Jabodetabek.

Menurut Ahok, jenis rel dengan lebar 1.435 mm memiliki keunggulan berupa bisa menghantarkan listrik langsung pada relnya. Hal itu berbeda dari jenis rel dengan lebar 1.067 mm yang listriknya mengandalkan listrik aliran atas (kabel).

"Kereta api bisa 100 tahun lebih lho. Kamu kalau mau berpikir 50-60 tahun ke depan. Masa kita harus pesan khusus sama pabrik kereta api selama 50 tahun saat seluruh dunia kalau pakai yang standar (1.435 mm), bukan yang kurus," kata Ahok di Balai Kota, Jumat (13/5/2016).

"Jepang yang mempergunakan rel sempit saja, begitu listriknya dia setel di tengah, dia gunakan yang normal, yang standar. Korea juga, Eropa juga," kata dia lagi.

Tidak hanya itu, Ahok menyatakan, penggunaan jenis rel dengan lebar 1.435 mm berguna saat nantinya Pemprov DKI ingin mengembangkan LRT ke banyak kawasan permukiman di Jakarta.

Menurut Ahok, penggunaan jenis rel dengan lebar 1.067 berisiko apabila bersinggungan dengan daerah-daerah yang dilalui jalan layang.

"Kan 20-30 tahun mendatang semua kampung kita mau masukin LRT. Nah, kalau kamu pakai kabel di atas, ada jalan layang juga, bisa masuk enggak? Enggak bisa, akhirnya gunakan listrik yang di rel. Kalau gunakan listrik rel itu gunakan yang standar, bukan yang sempit," ujar Ahok.

Ahok menginginkan agar rel yang digunakan adalah rel dengan lebar 1.435 mm. Jenis rel tersebut berbeda dengan jenis rel kajian dari Kementerian Perhubungan yang lebih menginginkan lebar rel 1.067 mm.

Rel dengan lebar 1.067 mm adalah rel yang saat ini digunakan di Indonesia, baik untuk layanan kereta jarak jauh maupun kereta rel listrik (KRL) commuter line.

Kompas TV Apa Tujuan Pembangunan LRT?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com