Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Juni, Ahok Rombak Besar-besaran Lurah, Camat hingga Kasudin

Kompas.com - 16/05/2016, 12:46 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Juni mendatang, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok berencana untuk merombak massal jabatan di tingkat eselon III dan IV, di antaranya jabatan lurah, camat, hingga kepala suku dinas.

Perombakan dilakukan menunggu keluarnya hasil tes untuk PNS level staf yang dipersiapkan naik jabatan menjadi pejabat eselon.

"Kalau hasil tes sudah muncul, mungkin Juni akan cuci gudang semua. Oknum lurah ada, camat ada, Kasi ada, Kasudin juga ada," kata Ahok di Balai Kota, Senin (16/5/2016).

Menurut Ajok, perombakan perlu dilakukan karena masih banyak oknum PNS yang curang. Salah satu kasusnya adalah oknum PNS bagian pengawas yang meminta setoran Rp 1 Juta dari setiap pegawai harian lepas (PHL) yang dia awasi.

Adapun PHL yang diminta uang adalah PHL yang malas dan tidak pernah bekerja sesuai dengan waktunya. Kebanyakan merupakan PHL yang bertugas di bagian kebersihan dan pertamanan.

Menurut Ahok, para PHL yang tidak mau menyetorkan uang Rp 1 Juta diancam akan dipecat dari pekerjaannya.

"Jadi ada beberapa PHL yang memang biasa main, enggak kerja penuh. (Oleh PNS-nya) 'Eh, kan kamu enggak kerja penuh nih, jadi uang di rekening kamu bagi saya sejuta, kalau enggak, gua pecat nih," kata Ahok. 

Menurut dia, para PHL yang diminta uang juga tidak pernah berusaha untuk melapor karena mereka juga diuntungkan dengan  kondisi tersebut. Soalnya, mereka dapat bermalas-malasan tetapi tetap mendapat upah yang cukup lumayan, walaupun sudah dipotong Rp 1 Juta.

"Mereka dikasih kesempatan, malas, ngurusnya yang kecil-kecil aja enggak apa-apa. Yang penting tiap-tiap orang nyetor. Bisa santai toh," kata Ahok.

Selain kasus PNS yang meminta uang dari PHL yang diawasi, Ahok menyebut ada pula kasus PNS bagian pengawasan yang mempekerjakan orang luar untuk menggantikannya menjadi pengawas PHL.

"Jadi PNS mempekerjakan mungkin anggota LSM jadi mandornya PHL. Dia cuma ngatur-ngatur orang. Kalau kayak gitu buat apa ada PNS begitu banyak. Kami menarik PHL atau PPSU kan karena PNS tidak mungkin bersih-bersih got. Tapi bukan berarti pengawasan pun PNS tidak mau lakukan," kata Ahok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Temukan Markas Gangster yang Bacok Remaja di Depok

Polisi Temukan Markas Gangster yang Bacok Remaja di Depok

Megapolitan
Polisi Periksa General Affair Indonesia Flying Club Terkait Pesawat Jatuh di Tangsel

Polisi Periksa General Affair Indonesia Flying Club Terkait Pesawat Jatuh di Tangsel

Megapolitan
Progres Revitalisasi Pasar Jambu Dua Mencapai 90 Persen, Bisa Difungsikan 2 Bulan Lagi

Progres Revitalisasi Pasar Jambu Dua Mencapai 90 Persen, Bisa Difungsikan 2 Bulan Lagi

Megapolitan
Pemerkosa Remaja di Tangsel Mundur dari Staf Kelurahan, Camat: Dia Kena Sanksi Sosial

Pemerkosa Remaja di Tangsel Mundur dari Staf Kelurahan, Camat: Dia Kena Sanksi Sosial

Megapolitan
Tersangka Pembacokan di Cimanggis Depok Pernah Ditahan atas Kepemilikan Sajam

Tersangka Pembacokan di Cimanggis Depok Pernah Ditahan atas Kepemilikan Sajam

Megapolitan
Kasus DBD 2024 di Tangsel Mencapai 461, Dinkes Pastikan Tak Ada Kematian

Kasus DBD 2024 di Tangsel Mencapai 461, Dinkes Pastikan Tak Ada Kematian

Megapolitan
Selebgram Zoe Levana Terobos dan Terjebak di 'Busway', Polisi Masih Selidiki

Selebgram Zoe Levana Terobos dan Terjebak di "Busway", Polisi Masih Selidiki

Megapolitan
Terobos Busway lalu Terjebak, Selebgram Zoe Levana Bakal Diperiksa

Terobos Busway lalu Terjebak, Selebgram Zoe Levana Bakal Diperiksa

Megapolitan
Sulitnya Ungkap Identitas Penusuk Noven di Bogor, Polisi: Pelaku di Bawah Umur, Belum Rekam E-KTP

Sulitnya Ungkap Identitas Penusuk Noven di Bogor, Polisi: Pelaku di Bawah Umur, Belum Rekam E-KTP

Megapolitan
Sendi Sespri Iriana Diminta Jokowi Tingkatkan Popularitas dan Elektabilitas untuk Maju Pilkada Bogor

Sendi Sespri Iriana Diminta Jokowi Tingkatkan Popularitas dan Elektabilitas untuk Maju Pilkada Bogor

Megapolitan
Terlibat Jaringan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass, 6 WNI Ditangkap

Terlibat Jaringan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass, 6 WNI Ditangkap

Megapolitan
Bikin Surat Perjanjian dengan Jakpro, Warga Sepakat Tinggalkan Rusun Kampung Susun Bayam

Bikin Surat Perjanjian dengan Jakpro, Warga Sepakat Tinggalkan Rusun Kampung Susun Bayam

Megapolitan
Siswi SLB Diduga Dicabuli di Sekolah hingga Hamil, Orangtua Cari Keadilan

Siswi SLB Diduga Dicabuli di Sekolah hingga Hamil, Orangtua Cari Keadilan

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 22 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 22 Mei 2024

Megapolitan
Warga Lihat Ibunda Furqon Ketua Tani Kampung Susun Bayam Hendak Dibawa Paksa Saat Penggerudukan

Warga Lihat Ibunda Furqon Ketua Tani Kampung Susun Bayam Hendak Dibawa Paksa Saat Penggerudukan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com