JAKARTA, KOMPAS.com - Pedagang bunga dan air mawar di Taman Pemakaman Umum (TPU) Karet Tengsin mengeluhkan turunnya pendapatan yang didapatkan tahun ini dibanding tahun lalu.
Yayah (54) mengaku kini sudah tak leluasa lagi ketika berdagang bunga dan air mawar di dalam kompleks pemakaman.
"Hari Sabtu kemarin dikejar-kejar sama Satpol PP, baru kemarin itu aja (dikejar Satpol PP). Sudah enggak boleh dagang di sini katanya, makanya (pendapatan) turun," kata Yayah kepada Kompas.com, di TPU Karet Tengsin, Jakarta Pusat, Minggu (5/6/2016).
Yayah menjajakan bunga mawar seharga Rp 5.000 tiap plastiknya dan air mawar seharga Rp 5.000 tiap botolnya. Biasanya saat Ramadhan, sehari dia bisa mendapatkan Rp 500.000-700.000 dari hasil dagangannya. Namun kini dia hanya mendapat sekitar Rp 300.000-400.000 per harinya.
"Paling enggak tahun lalu ada sisa buat ngasih makan anak-anak. Kalau sekarang, modalnya saja sudah Rp 200.000. Sekarang kami takut kalau jualan, pasang tenda atau payung juga enggak dibolehin," kata Yayah.
Untuk menghidupi keempat anaknya, Yayah nyambi menjadi buruh cuci. Dia menerima cucian baju kotor serta setrika dari para tetangga.
"Dulu ibu joki three in one, tapi sudah enggak lagi karena dilarang. Sekarang dagang bunga di makam juga dilarang. Jadi sekarang terima cucian sama gosok (setrika), terus juga bersih-bersihin makam," kata Yayah yang sudah berdagang bunga dan air mawar di TPU Karet selama 12 tahun tersebut.