JAKARTA, KOMPAS.com - Juru bicara "Teman Ahok" Amalia Ayuningtyas membenar bahwa mereka memecat para penanggung jawab pengumpul data dan foto kopi KTP dukungan yang telah berbuat curang. Padahal, mereka telah diperingatkan.
Amalia mengatakan, para pengumpul KTP selalu diperingatkan agar bekerja dengan jujur. Jika mereka curang, diberi peringatan untuk berubah.
Jika tidak berubah, mereka akan dikeluarkan dari sistem dan posko tersebut ditutup. Tentu semua fasilitas harus dicabut, printer dan hp, karena harus dipakai di tempat lain yang akan dibuka.
"Nah, Sebagian besar mereka yang melakukan konfrensi pers tadi pagi (selanjutnya kami menyebut dengan Pak Richard cs) adalah orang yang sudah dikeluarkan dari struktur karena ketahuan berbuat curang dalam pengumpulan KTP via Posko Teman Ahok," tulis Amalia dalam keterangan tertulisnya di website temanahok.com, Rabu (22/6/2016).
Menurut Amalia, kecurangan mereka seperti pemalsuan tanda tangan, mengarang nomor HP dan lainnya. Hal itu semua terkonfirmasi karena "Teman Ahok" memiliki sistem verifikasi sebelum KTP dikumpulkan.
Petugas di Markas Pusat "Teman Ahok", kata Amalia, juga memperhatikan keanehan di tanda tangan, dan no ponsel. Secara random, mereka akan mengecek no ponsel dikonfirmasi, dan menelepon tanda tangan yang dicurigai.
"Semua formulir akan ditandai dan diberi kode, sehingga kita bisa tahu dari posko mana formulir ini berasal, dan setiap itu ada bukti tanda terima. Untuk yang ketahuan curang, KTP mereka tidak akan dihitung dan akhirnya kita keluarkan," ujarnya.
Namun, diakui dia, memang tidak selamanya sistem Teman Ahok berhasil. Amalia mengaku "Teman Ahok" juga mengaku kecolongan.
"Dalam acara Pak Richard cs, kami juga melihat ada beberapa PJ posko aktif yang datang, namun memang tidak bicara banyak. Mungkin ada hubungan solidaritas, karena setelah dicek Posko tersebut, Formulirnya bisa dikonfirmasi. Meski jumlahnya tidak sampai ribuan, Kami akan cek lebih lanjut KTP yang dikumpulkan oleh Posko Aktif dari Pak Richard cs," ujarnya.