JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah 42 keluarga yang tinggal di Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, pindah ke Rusun Rawa Bebek pada Minggu, (14/8/2016), kini puluhan warga lainnya juga menanti dipindahkan.
(Baca juga: Sudah 42 KK Warga Bukit Duri Pindah ke Rusun Rawa Bebek)
Tini, warga RT 10 RW 12 Bukit Duri, mengatakan bahwa beberapa tetangganya sudah memindahkan barang ke unit rusun.
Ia pun sedang menanti pengundian kunci tahap berikutnya agar bisa pindah segera.
"Kemarin kan sebagian sudah, saya lagi nunggu lagi kapan pengundian kunci, kemarin belum masuk soalnya KK (kartu keluarga) saya," kata Tini ditemui di rumahnya, Senin (15/8/2016).
Seorang warga lainnya, Sulaiman, mengatakan bahwa ia belum pindah karena tidak terburu-buru.
Ia mengaku sejak awal aktif mengikuti rapat sosialisasi mengenai relokasi warga Bukit Duri ini.
Sulaiman juga mengatakan, tidak ada penolakan dari warga terkait rencana pemindahan.
"Saya enggak takut nggak kebagian, pasti dapat. Cuma ya enggak buru-buru, nanti saja belakangan," ujar dia.
Pindahan ini akan dilakukan bertahap selama beberapa pekan ke depan dan difasilitasi sepenuhnya oleh Pemprov DKI Jakarta.
Pantauan Kompas.com, hari ini belum terlihat lagi aktivitas perpindahan warga RW 10, 11, dam 12 Bukit Duri.
Kawasan tersebut akan ditertibkan untuk pembangunan proyek normalisasi Kali Ciliwung.
Sebagian besar warga yang pindah berasal dari RT 10 RW 12. Sementara itu, warga RT 6, 7, 8 RW 12 belum mau dipindahkan.
Tampak kertas berisi tulisan mengenai gugatan class action yang mereka ajukan terkait proyek normalisasi Ciliwung ini ditempel di tembok-tembok rumah.
Terlihat pula kertas pengumuman yang menyebut warga RT 06 RW 12 tidak ada yang pindah ke Rusun Rawa Bebek.
(Baca juga: Satpol PP Pakai Pendekatan Persuasif untuk Relokasi Warga Bukit Duri)
Saat dimintai keterangan Kompas.com, warga dari 4 RT yang menola penertiban itu enggan berkomentar.
Mereka hanya menegaskan bahwa tidak ada warganya di RT itu yang pindah karena gugatan class action mereka diterima majelis hakim dalam persidangan. "Enggak berani ngomong nanti salah," kata mereka menolak berkomentar.