Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tarif Akan Naik, Pengguna KRL Berharap Jumlah Kereta Ditambah

Kompas.com - 19/08/2016, 11:48 WIB
Nursita Sari

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Para pengguna kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek memiliki sejumlah harapan agar pelayanan yang diberikan PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) semakin baik. Harapan para pengguna KRL itu diungkapkan menyusul rencana kenaikan tarif KRL sebesar Rp 1.000 yang akan berlaku mulai 1 Oktober 2016.

Warga Bojong Gede, Niko (51), mengatakan bahwa fasilitas yang diberikan PT KCJ sudah cukup nyaman. Dia mengapresiasi gerbong-gerbong kereta yang sudah steril dari pedagang asongan.

"Pelayanannya cukup ya karena nyaman, enggak ada pedagang lagi," ujar Niko kepada Kompas.com di Stasiun Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (19/8/2016).

Namun, Niko berharap PT KCJ mengurangi KRL yang terdiri dari 8 rangkaian dan menggantinya dengan rangkaian 10 atau 12 gerbong. Kereta dengan 8 rangkaian membuatnya harus berlari ke tengah peron karena rangkaian kereta tak sampai di ujung peron.

"Rangkaiannya jangan 8, 10 atau 12-lah. Kalau 8 kan lari-larian. Harapannya rangkaian selalu 10, kalau 12 mungkin bertahap," kata dia.

Harapan lainnya disampaikan Pipit (30), warga Bogor. Dia merasa tak keberatan tarif KRL naik, asalkan PT KCJ dapat bisa memperbaiki layanannya, terutama masalah gangguan dan antrean yang panjang.

"Harapannya dengan naik ini ya gangguan berkurang. Enggak ada gangguan pun ada antrean, apalagi pagi-pagi sama jam pulang kerja. Mudah-mudahan lebih baik ya," ucap Pipit.

Warga Pasar Minggu, Saiff (21), berharap antrean masuk kereta bisa lebih cepat. Terlebih, dia sering merasakan lamanya antrean kereta menuju Stasiun Manggarai.

"KRL dipercepat. Kalau tujuan ke Manggarai pasti lama, suka tertahan gitu pas sinyal masuk ke Manggarai," tutur Saiff.

Harapan yang sama pun diungkapkan Ellen (22). Dia berharap, kedatangan KRL di stasiun dapat tepat waktu, tidak banyak mengalami keterlambatan. Selain itu, dia juga berharap PT KCJ menambah jumlah KRL yang dioperasikan.

"Kan biasanya KRL sering telat, terus diperbanyak unitnya atau diperpanjang gerbongnya. Kadang-kadang kalau lagi jam masuk sama pulang kerja kan penuh," ucap Ellen.

Tarif KRL Jabodetabek naik Rp 1.000 mulai 1 Oktober 2016. Kenaikan tarif itu merupakan penyesuaian Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2016 tentang Tarif Angkutan Orang dengan Kereta Api Pelayanan Kelas Ekonomi untuk melaksanakan kewajiban pelayanan publik.

Pada perjalanan 1-25 km pertama, penumpang akan membayar Rp 3.000. Kemudian, pada 10 km berikutnya dan kelipatan, tarif yang dikenakan sebesar Rp 1.000.

PT KCJ sudah menyosialisasikan kenaikan tarif tersebut dengan memasang spanduk. Di Stasiun Tebet misalnya, ada dua spanduk pengumuman kenaikan tarif yang dipasang di dalam stasiun. Kedua spanduk tersebut dipasang di pagar peron 1 dan 2, tujuan Bogor dan Jakarta Kota.

Beberapa penumpang yang akan naik maupun baru turun dari KRL, tampak membaca spanduk pengumuman tersebut. Selain itu, kenaikan tarif pun diumumkan petugas stasiun melalui pengeras suara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Jadi Tersangka, Dijerat Pasal Pembunuhan dan Curas

Pembunuh Wanita Dalam Koper Jadi Tersangka, Dijerat Pasal Pembunuhan dan Curas

Megapolitan
Korban Duga Pelaku yang Gigit Jarinya hingga Putus di Bawah Pengaruh Alkohol

Korban Duga Pelaku yang Gigit Jarinya hingga Putus di Bawah Pengaruh Alkohol

Megapolitan
Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Provost Lalu Diringkus Polisi

Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Provost Lalu Diringkus Polisi

Megapolitan
Banyak Kondom Bekas Berserak, Satpol PP Jaga RTH Tubagus Angke

Banyak Kondom Bekas Berserak, Satpol PP Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Megapolitan
PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

Megapolitan
Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Megapolitan
Pengemis yang Videonya Viral karena Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Pengemis yang Videonya Viral karena Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Megapolitan
Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Megapolitan
Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Megapolitan
Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Megapolitan
17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

Megapolitan
Pintu Rumah Tak Dikunci, Motor Warga di Sunter Dicuri Maling

Pintu Rumah Tak Dikunci, Motor Warga di Sunter Dicuri Maling

Megapolitan
Viral Video Geng Motor Bawa Sajam Masuk Kompleks TNI di Halim, Berakhir Diciduk Polisi

Viral Video Geng Motor Bawa Sajam Masuk Kompleks TNI di Halim, Berakhir Diciduk Polisi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com