Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesan di Balik Pengumpulan Donasi Warga untuk Ahok-Djarot

Kompas.com - 30/11/2016, 07:02 WIB
Jessi Carina

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Sedianya, sangat mudah bagi calon gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, mendapatkan modal berkampanye. Basuki mengatakan, koleganya sering heran kenapa dia harus menggalang dana untuk biaya kampanye padahal teman-teman pengusahanya dengan senang hati memenuhi biaya itu.

"Saya bilang ke mereka, mereka lupa kalau aku itu bukan calon gubernur, aku itu gubernur," ujar pria yang akrab disapa Ahok ini di Rumah Lembang, Menteng, Selasa (29/11/2016).

Ahok mengatakan posisinya yang masih gubernur DKI Jakarta hingga Oktober 2017 tidak boleh dilupakan. Dia harus tetap menjaga integritasnya meski sedang cuti.

Dia khawatir, pemberian modal besar justru akan membuatnya merasa berutang budi. Untuk itulah Ahok menciptakan "Kampanye Rakyat".

Kampanye Rakyat merupakan jenis kampanye yang pembiayaannya bersumber dari warga. Tim komunikasi Kampanye Rakyat Ahok-Djarot, Iwet Ramadhan, mengatakan ada tiga hal yang diterapkan dalam kampanye tersebut, yaitu bersih, transparan dan partisipatif atau disingkat BTP, sesuai dengan inisial nama Ahok.

(Baca: Dituduh Dibayar Ahok Rp 1 M, Penulis Ini Justru Ikut Menyumbang)

Fokus utama dari kampanye model ini adalah penggalangan dana dari rakyat untuk Ahok-Djarot. Banyak cara yang dilakukan tim untuk menggalang dana.

Misalnya seperti membuka meja donasi di rumah pemenangan (Rumah Lembang), menggelar acara nonton bersama, hingga mengadakan gala dinner.

Ada berbagai cerita dalam proses penggalangan dana itu. Rupanya, bukan hanya warga mampu saja yang rela merogoh kocek untuk patungan membiayai kampanye Ahok-Djarot, tapi ada juga warga biasa yang ikut menyumbang.

Ahok pernah bercerita tentang seorang ibu dari Muara Baru yang hanya punya Rp 10.000, tetapi ingin ikut andil menyumbang. Iwet mengatakan, inilah bentuk partisipatif yang ingin dicapai Ahok dengan mengadakan Kampanye Rakyat.

"Orang bisa sampai mengorbankan uang makannya, kalau orang kecil kan pasti mentingin makan sendiri dulu dong. Nah ini, biar Rp 10.000 enggak apa-apa deh yang penting saya bantuin Bapak Ahok," ujar Iwet.

Iwet mengatakan, pada dasarnya Ahok ingin semua warga Jakarta menjadi seperti pemegang saham di Pemprov DKI. Dengan warga ikut patungan, Ahok ingin berutang hanya kepada warga Jakarta.

Dia tidak ingin meminta uang kepada pengusaha dan membuatnya merasa memiliki utang budi pada satu kalangan.

"Kalau minta sama orang besar, takutnya ada kepentingan ke depan. 'Gue kan udah modalin lo besar banget,', kasarnya begitu," ujar Iwet.

"Sekarang ketika banyak yang partisipasi, orang akan bilang 'eh gue kan udah bantuin elo ya, bayarin lu, kok lu kerjanya begini doang?'. Jadi Pak Ahok bisa merasa punya tanggung jawab lebih. Utangnya bukan hanya ke satu orang, tapi ke rakyat," tambah Iwet.

Warga diperbolehkan menyumbang sebesar Rp 10.000 hingga Rp 75 juta. Itu merupakan batas maksimal sumbangan untuk perorangan. Mereka yang ingin menyumbang akan mengisi formulir yang dibuat KPU dan akan diminta KTP serta NPWP.

Uang yang didonasikan tidak boleh dalam bentuk tunai. Warga bisa melakukan transfer atau debit. Sampai saat ini, jumlah donasi yang terkumpul sudah mencapai Rp 20 miliar.

Kompas TV Artis dan Ahok-Djarot Lakukan "Mannequin Challenge"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Megapolitan
Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon 'Debt Collector'

Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon "Debt Collector"

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

Megapolitan
Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Megapolitan
Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Megapolitan
Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com