Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merindukan Toleransi Gus Dur

Kompas.com - 24/12/2016, 08:21 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sosok Abdurrahman Wahid atau Gus Dur tak asing dengan gagasan toleransi antarumat beragama. Bagi Indonesia dan dunia, sosok Presiden keempat RI itu nomor wahid bila berbicara soal toleransi.

Merawat toleransi bagi Gus Dur merupakan proses penting untuk menciptakan keharmonisan hubungan antarumat beragama. Toleransi itu tidak hanya untuk menciptakan, tetapi juga merawat. Gus Dur sadar betul bahwa keharmonisan harus dijaga karena akan sulit memulihkan bila sudah retak.

Oleh karena itu, setiap bangsa, termasuk Indonesia, setidaknya perlu memiliki kemampuan pemulihan hubungan.

"Kegagalan dalam hal ini (memulihkan hubungan) dapat mengakibatkan ujung traumatik yang mengerikan: terpecah-belahnya kita sebagai bangsa," tulis Gus Dur dalam judul 'Islam dan Hubungan Antarumat Beragama' dalam harian Kompas, Senin 14 Desember 1992.

Pandangan Gus Dur ini tentu tak lepas dari keberagaman umat beragama di Indonesia. Bahkan, Indonesia juga ragam akan keyakinan, kelompok, ras, dan etnis. Sebuah negeri di mana semua tumbuh dengan tanpa rasa takut. (Baca: Jokowi: Gus Dur Pasti "Geregetan" sama Kelompok yang Memaksakan Kehendak)

Negeri ini tak didirikan atas dasar kelompok tertentu, tetapi keragaman. Akan tetapi, di Indonesia pula, menurut Gus Dur, keharmonisan akan rapuh sendiri bila ada benturan kepentingan. Dia menggambarkan akan muncul sikap saling menyalahkan.

Di titik ini, sebuah bangsa memerlukan kemampuan pemulihan atas keretakan tersebut. Lantas, bagaimana pandangan Gus Dur soal pemulihan keretakan hubungan?

Secara gamblang, Gus Dur dalam tulisannya mengatakan bahwa masalah pokok dalam hal hubungan antarumat beragama adalah pengembangan rasa saling pengertian yang tulus dan berkelanjutan.

Menurut dia, bangsa akan kukuh bila umat agama-agama yang berbeda dapat saling mengerti satu sama lain, bukan hanya sekadar saling menghormati.

"Yang diperlukan adalah rasa saling memiliki (sense of belonging), bukannya hanya saling bertenggang rasa satu terhadap yang lain," tulis Gus Dur. (Baca: Gusdurian Kecewa Gus Dur Tak Ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional)

Pemikiran Gus Dur tentu bisa menjadi rujukan Indonesia saat ini, di mana kita tengah berada di antara hiruk pikuk toleransi antarumat beragama. Keriuhan yang kerap kali membuat kita kerap melupakan rasa saling memiliki satu sama lain. Bahkan, untuk tenggang rasa pun tampak sulit tercipta.

Kompas TV Mengenang Gus Dur Yang Toleran & Humoris
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com