Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PT Transjakarta Kembali Bahas Nasib Pegawai Kontrak

Kompas.com - 03/07/2017, 09:14 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
PT Transjakarta kembali mencari solusi untuk menjawab tuntutan dari ribuan pegawai kontrak yang meminta dijadikan pegawai tetap.

Direktur Utama PT Transjakarta Budi Kaliwono mengatakan, pembahasan baru bisa dilanjutkan karena komite yang dibentuk bersama beberapa instansi sedang libur Lebaran pada pekan lalu.

"Habis libur Lebaran baru kami ketemu. Saya tidak yakin saya sebagai manajemen bisa memutuskan itu sendirian," kata Budi, ditemui di Ragunan, Jakarta Selatan, Sabtu (1/7/2017).

Komite tersebut dibentuk sesuai instruksi Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat yang terdiri dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Perhubungan, serta Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD).

Berdasarkan laporan yang dimiliki PT Transjakarta, sekitar 4.000 pegawai yang menuntut diangkat sebagai karyawan tetap itu sudah bekerja sejak 2004. Kala itu, Transjakarta masih berupa unit pengelola teknis (UPT) di bawah Dinas Perhubungan. Adapun Transjakarta baru menjadi BUMD (PT) pada 2015.

Budi mengungkapkan, sebelum dia menjabat sebagai Dirut PT Transjakarta, pernah dilakukan tes terhadap 200 pegawai dalam rangka pengangkatan sebagai karyawan tetap. Namun hanya sedikit pegawai kontrak yang lolos seleksi tersebut.

Adapun komite yang dibentuk akan memutuskan apakah pengangkatan karyawan akan menggunakan prosedur dengan tes yang baru atau sama seperti sebelumnya.

"Mesti kami lihat lagi. Saya juga tidak bisa memastikan apakah kami memakai tes yang lalu atau tidak. Tapi data sementara dari sekian banyak yang lulus hanya empat orang dari jumlah peserta kira-kira 200 lebih peserta," kata Budi.

(baca: Sejumlah Perubahan Aturan Melegakan Pegawai PT Transjakarta)

Dari sekitar 4.000 pegawai yang menuntut menjadi karyawan tetap, seluruhnya sudah mendaftar perpanjangan kontrak sekaligus bersedia mengikuti seleksi.

Hanya 90 orang yang tidak mendaftar lantaran sudah mendapat pekerjaan di tempat lain, cuti, dan sakit dan diberi waktu untuk mendaftar hingga 7 Juli 2017.

Budi yakin akan ada solusi terbaik untuk Transjakarta dan pegawainya. Dengan dibentuknya komite, dan mungkin konsultan independen, para pegawai yang sempat mogok kerja diharapkan mendapat tempat yang layak.

"Pemprov positif jadi kami senang karena Pemprov mencoba untuk terlibat banyak dan menyadari ini bagian dari perbaikan," kata Budi.

"Kami tidak pernah tahu sistem penerimaannya seperti apa (dulu), ini waktunya kami perbaiki bersama-sama. Tidak ada cerita bahwa kami menghambat, justru kami sedang menanggulangi ini menjadi lebih baik," ujar Budi.

Kompas TV Direktur Utama PT Transjakarta, Budi Kaliwono, mengancam akan menghukum para karyawan yang berunjuk rasa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com