Sambil bercengkrama, mereka yang siang itu kompak berpakaian serba merah merajut benang-benang itu hingga menjadi pola yang indah. Mereka adalah komunitas Rajut Kejut yang sering membuat acara merajut bersama di ruang publik.
"Kenapa di ruang publik? Ini supaya mempopulerkan kembali dan supaya orang senAng lagi dengan kerajinan seperti ini," ujar penggiat Rajut Kejut, Harjuni Rochajati, di Taman Pandang Istana, Kamis (17/8/2017).
Hari ini, mereka membawa hasil rajutan bernuansa merah putih yang dibentuk lingkaran. Tengah rajutan tersebut bolong, sehingga bisa digunakan sebagai frame orang-orang yang ingin berfoto.
Dengan merajut, para anggota komunitas ini ingin ikut memeriahkan Hari Ulang Tahun ke-72 Republik Indonesia. Tidak hanya itu, mereka juga bisa belajar untuk menghargai keberagaman melalui kegiatan ini.
Biasanya, komunitas Rajut Kejut melakukan kegiatan membungkus pohon dan kursi taman dengan rajutan. Semua penggiat yang ingin berpartisipasi bisa mengirimkan hasil rajutan mereka dan mengirimkannya ke komunitas Rajut Kejut.
Nantinya, tim dari Rajut Kejut akan menyatukan potongan rajutan itu supaya bisa membungkus pohon-pohon. Namun, hari ini Rajut Kejut tidak melakukan hal itu. Mereka hanya menyediakan hasil rajutan untuk dipakai berfoto.
Rajutan dan kebebasan berekspresi
Dengan merajut, Harjuni ingin mensyukuri kemerdekaan Indonesia. Dia merasa menjadi orang yang beruntung karena bisa mendapatkan kebebasan berekspresi dari negara yang merdeka.
"Kita mau bikin karya ini semau kita yang menurut kita bagus dan bisa diekspresikan di ruang publik. Buat kami, itu sesuatu yang cukup menyenangkan," kata dia.
(Baca: Sudah Punya 18 Buyut, Mbah Umi Rajut Baju dan Topi di Pinggir Jalan)
Anggota Rajut Kejut lainnya, Kamila, mengatakan kemerdekaan artinya bisa berbuat apa pun yang kita mampu. Kamila menilai merajut merupakan salah satu bentuk kemerdekaan itu sendiri.
"Itu seperti kebebasan berekspresi yang bertanggung jawab," ujar Kamila.
Kamila sendiri merupakan salah satu pengrajin kerajinan rajutan. Kamila sering membawa serta anaknya setiap mengikuti kegiatan Rajut Kejut.
"Karena kalau enggak ajak generasi yang kecil-kecil, siapa lagi penerusnya," kata dia.
Belajar sabar dan berbagi
Kamila merasa senang bisa bergabung di komunitas itu. Sebab, dia bisa menyalurkan hobinya untuk kegiatan-kegiatan sosial. Misalnya seperti merajut untuk mempercantik ruang publik Jakarta.
Selain itu, Rajut Kejut juga pernah membuat acara untuk anak-anak penderita kanker. Mereka diberi gelang dan topi-topi rajutan. Kesempatan untuk berbagi kepada sesama membuat Kamila merasa senang dengan dunia rajut merajut.
"Jadi selain untuk mencari uang, hobi ini juga untuk mengisi jiwa kita," kata Kamila.
Sementara bagi Harjuni, merajut bisa melatif self control masing-masing. Merajut membuat dia selalu tenang dan tidak gegabah dalam bersikap. Selain itu, merajut juga sangat melatih kesabaran.
"Misalnya ketika kita mengajar orang yang baru pertama kali merajut. Ini melatih kesabaran gurunya. Saat saya sudah tidak sabar lagi, saya langsung ingat dulu saya juga tidak bisa," ujar Harjuni.
Di samping itu, merajutnya sendiri membutuhkan kesabaran. Harjuni mengatakan merajut bukanlah kegiatan yang sekali duduk langsung selesai. Tak jarang rajutan harus dibongkar ketika ada pola yang salah.
"Itu menurut aku hidup itu memang begini. Kalau kita terburu-buru, belum tentu berhasil dengan baik," ujar Harjuni.
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/08/17/13290341/komunitas-rajut-kejut-merajut-keberagaman-di-ruang-publik