Salah satu contoh paling hangat adalah kejadian jatuhnya beton pembatas proyek Mass Rapid Transit (MRT) di Panglima Polim, Jakarta Selatan, Jumat (3/11/2017).
Meski tidak ada korban jiwa, namun dampaknya menyebabkan luka ringan dan kerusakan sepeda motor milik salah satu pengguna jalan yang sedang melintas.
Menanggapi hal ini, Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu, mengatakan sangat penting untuk kedua belah pihak, antara kontraktor dan pengguna jalan untuk saling menjaga keamanan dan kenyamanan.
"Peristiwa (jatuhnya beton pembatas MRT) kemarin harus jadi pembelajaran berharga. Untuk pihak kontraktor sangat penting membenarkan SOP pengerjaan, terutama menyangkut masalah keamanan lingkungan sekitar, karena mereka membangun di ruang publik," ucap Jusri saat dihubungi Kompas.com, Senin (6/11/2017).
"Sedangkan pengguna jalan perlu berantisipasi lebih ketika melintasi area-area proyek infrastrukur yang sedang marak di Jakarta," ucap Jusri lagi.
Baca : Jatuhnya Beton MRT Diakui Akibat Kelalaian
Baca : Anies Minta MRT Ganti Minta Korban Jatohnya Beton Pembatas
Cara paling mudah adalah meningkatkan kewaspadaan dari enam sisi. Mulai dari depan, belakang, kiri, kanan, dan yang terpenting atas dan bawah.
"Dituntut kewaspadaan yang tinggi, biasanya hanya terpaku pada yang kelihatan seperti depan, belakang, kiri, kanan, tapi untuk atas bawah sering disepelekan. Kontraktor juga harusnya wajib melengkapi peralatan komunikasi yang jelas untuk masyarakat, contoh dari jarak 200 meter sudah diberikan tanda bila ada pengerjaan dan lain sebagainya," kata Jusri.
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/11/06/16215721/menarik-pelajaran-berharga-dari-kasus-jatuhnya-beton-mrt