Bukan tanpa sebab, air tanah yang terasa asin membuat pakaian putih menjadi kekuningan dan benda logam berkarat. Warga akhirnya enganggap mencuci pakaian dan perkakas dengan air sungai jauh lebih baik.
Jika melintasi aliran Kali Maja di kawasan tersebut, maka sejumlah undakan terlihat di sepanjang tepi sungai yang telah dibangun tanggul secara permanen.
Di undakan-undakan itulah warga setempat mencuci. Undakan-undakan ini dibuat berdasarkan permintaan warga saat tanggul mulai dibangun.
"Warga yang minta undakan ini dibangun. Gimana lagi, kami kan butuh buat nyuci. Semua warga kalau nyuci kan ya di kali ini," ujar seorang warga bernama Nurlaela saat ditemui Kompas.com, Rabu (8/11/2017).
Tak hanya keruh, air di kali ini juga kerap dilintasi sampah-sampah plastik yang terbawa arus sungai. Di salah satu sisi sungai terdapat tempat penampungan dan pengelolaan sampah.
Sampah-sampah pun dicuci di kawasan tersebut. Hal ini membuat kondisi air di sungai ini semakin buruk.
"Air di sini agak bagus jam 9 sampai jam 10 pagi aja. Dulu bagus airnya. Enggak kayak gini," tutur Nurlaela lagi.
Warga sekitar pun membuat kesepakatan bersama agar air sungai menjadi layak digunakan untuk mencuci. Kesepakatannya, tidak ada warga yang diperbolehkan buang air kecil atau buang air besar di sungai.
Tak ada aliran PAM
Sejak puluhan tahun pula kawasan ini tak dialiri air PAM. Padahal, warga mengaku telah berulang kali mengajukan permohonan penyediaan PAM.
Menurut warga, perumahan sekitar kawasan ini sudah terpasang PAM, namun Kelurahan Pegadungan belum juga tersedia aliran air bersih.
"Sampai ganti RT, ganti RW berkali-kali enggak juga dipasang PAM. Katanya kami enggak dapat jatah PAM. Perumahan sebelah udah ada PAM padahal," ujar warga lain bernama Ari.
Menurutnya warga sudah sangat membutuhkan air PAM. Selama ini, untuk kebutuhan memasak, mandi, dan minum mereka harus membeli air bersih.
Warga berharap penantian selama puluhan tahun berakhir bahagia dengan dipasangnya aliran PAM.
"Kalau udah ada air PAM mah enak, bisa buat masak, minum, mandi dan nyuci sekalian," tutur warga lain bernama Nursila.
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/11/09/09545371/cerita-warga-pegadungan-yang-puluhan-tahun-menanti-air-bersih