Kobaran api yang melalap beberapa bagian mal berdampak pada dua tower apartemen Bellevue yang tepat berada di dekat mal. Para penghuni juga berhamburan keluar dari apartemen.
Pada saat kejadian, para penghuni sibuk menyelamatkan diri dan barang-barang berharga yang terdapat di dalam apartemen Tower A dan B.
Setelah kebakaran, mereka diungsikan ke beberapa hotel yang berdekatan dengan Cinere Bellevue di sekitar Jakarta Selatan. Salah satunya di Hotel Grand Whizz yang berada di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Benar saja, ketika menyambangi hotel tersebut, Kompas.com bertemu dengan salah satu penghuni apartemen dan sekaligus tenant mal yang bernama Catherine.
Sitem keamanan apartemen dipertanyakan
Catherine salah seorang penghuni apartemen sekaligus pemilik outlet di Bellevue Mall mengaku masih mempertanyakan sistem keamanan dan keselamatan yang tak berfungsi saat kebakaran terjadi.
"Alarm enggak bunyi, hydrant tidak berfungsi, padahal mal dan apartemen itu baru 2 tahun," kata Catherine, Rabu (29/11/2017)kemarin.
"Ini bukan pasar bedeng loh, ini mal, masa ketika sudah ada asap alat pendeteksinya tidak berfungsi," ucap Catherine.
Hampir 2 bulan mengungsi di Hotel
Setelah mal terbakar dan berdampak pada dua tower apartemen di dekatnya, para penghuni apartemen akhirnya diungsikan ke beberapa hotel. Artinya, sudah hampir 2 bulan para penghuni apartemen mengungsi di hotel.
Meski biaya hotel yang ditempatinya ditanggung oleh pihak pengelola apartemen. Namun, dirinya selalu merasa khawatir tinggal di hotel.
"Kita khawatir, karena mereka (pengelola) melakukan perpanjangan setiap minggu, bukan berdasarkan kontrak selama kita ada di sini sampai apartemen dinyatakan bisa kembali digunakan dengan aman," ucap Catherine.
Bahkan, setiap Catherine meninggalkan hotel dalam jangka waktu lama, Catherine mengaku merasa khawatir dengan masa berlaku tinggal sementara di dalam hotel.
"Misalnya waktu itu saya pulang dari Jepang, kalau waktu itu kita pulang ternyata pihak hotel mengatakan kamarnya sudah tidak bisa dipakai lagi, lalu kita mau ke mana? barang-barang kita gimana? Jadi kita selalu was-was," tutur Catherine.
Sebagai bentuk perlawanan untuk meminta kejelasan nasib mereka, para penghuni rencananya akan menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor pusat PT Megapolitan Developments Tbk.
Adapun tuntutan para penghuni ini antara lain meminta ganti rugi karena hunian yang telah mereka beli nilainya turun akibat dari peristiwa kebakaran tersebut.
Selain itu, karena saat ini para penghuni apartemen menempati hotel sementara, mereka menginginkan tinggal di hotel sampai proses perbaikan selesai.
"Kita enggak mau pindah ke sana, sebelum ada kepastian apakah apartemen itu aman kalau kita tempati lagi," ucap Catherine.
Apartemen sudah aman ditempati
Dikonfirmasi secara terpisah, PR Manager PT Megapolitan Developments Tbk, Marcel Candra membenarkan adanya rencana pengembalian dari hotel ke apartemen pada 1 Desember 2017 mendatang.
"Betul, per 1 Desember 2017. Karena ini sifatnya bantuan, goodwill," kata Marcel.
Pemulangan tersebut kata Marcel didasari atas hasil penyelidikan penyebab kebakaran yang secara resmi telah dihentikan pihak kepolisian melalui surat dengan nomor B/692/XI/2017/Sek Limo tentang pemberitahuan perkembangan hasil penyelidikan.
Hasil penyelidikan mendapati bahwa peristiwa yang terjadi benar-benar musibah, bukan karena faktor kesengajaan ataupun kelalaian.
"Konsultan auditor dalam hal ini sudah mengeluarkan pernyataan safety dan juga dari manajemen konstruksi sudah dinyatakan aman, jadi para penghuni sudah bisa menempati unitnya lagi," tutur Marcel.
Pihaknya berencana mengembalikan para penghuni apartemen yang kini sedang diungsikan ke beberapa hotel di Jakarta Selatan secara bertahap.
"Terlebih dahulu khusus untuk Tower A, kemudian dilanjutkan Tower B," ucap Marcel.
Korban kebakaran Cinere Bellevue tolak dipulangkan
Para penghuni apartemen korban kebakaran yang saat ini masih berada di beberapa hotel yang dijadikan tempat pengungsian sementara, menolak untuk kembali ke unitnya pada 1 Desember 2017. Karena para penghuni khawatir terhadap sistem keamanan dan keselamatan apartemen yang sudah dinilai janggal sejak awal.
"Sebelum kejadian kebakaran, itu kita sering mengalami masalah lift yang tidak berfungsi, pernah kita meluncur bebas dari lantai 15 dan berhenti di lantai 6, untung berhenti, kalau tidak, jadi apa kita?" ucap Catherine.
Catherine dan para penghuni lainnya berharap, pihak pengelola bisa bertanggung jawab atas peristiwa ini. Pengelola juga diminta untuk menunjukan bukti tertulis bahwa apartemen tersebut sudah kembali bisa ditempati.
Jika pihak pengelola belum bisa menunjukan surat resmi bahwa apartemen sudah layak dihuni dan sudah selesai direnovasi, para penghuni apartemen korban kebakaran akan tetap bertahan di hotel.
"Kami tidak mau dipindahkan sebelum renovasi selesai, kita beli unit baru, bisa dihuni, pengembang jangan hanya mengambil uang kita saja tapi tidak mau mengelolanya," tutur Catherine.
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/11/30/12063841/cerita-korban-kebakaran-cinere-bellevue-yang-hampir-2-bulan-tinggal-di