"Selalu menarik ketika kita bicara belajar apalagi ke luar negeri. Banyak sekali kita yang punya minat pergi ke luar negeri. Saya termasuk yang punya mimpi itu dulu," ujar Anies di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jalan Sudirman, Sabtu (10/3/2018).
Anies pernah ngotot mengikuti program pertukaran pelajar AFS. Ketika dia mengetahui program itu, tesnya sudah masuk tahap kedua. Dia tidak diperbolehkan mengikuti tesnya.
"Saya bilang, itu my dream. Tetap enggak bisa," kata dia.
Anies lalu ditanya kelas berapa saat itu. Dia menjawab masih kelas 1 SMA. Anies lega karena ternyata program itu baru bisa diikuti saat dia kelas 2 SMA. Dia pun mendaftar kembali tahun berikutnya. Dia lolos dan mengikuti pertukaran pelajar ke Amerika Serikat.
Satu tahun di sana tidak menyurutkan minat Anies belajar di luar negeri. Anies kembali mendaftar beasiswa Fullbright dari Aminef untuk melanjutkan kuliah master. Seleksinya begitu panjang. Setiap hari, Anies menunggu pengumuman melalui surat yang datang ke rumahnya di Yogyakarta.
Suatu ketika, surat dari Aminef itu tiba. Dia membuka surat itu dengan hati berdegup kencang.
"Ketika dibuka, isinya bertuliskan 'bersama ini kami nyatakan saudara tidak diterima'. Lemas saya," ucap Anies.
Anies mencoba menerima itu. Namun dia kemudian pergi ke wartel, mencoba menghubungi kantor Aminef. Ketika itu, teleponnya diangkat oleh Piet Hendradjo yang ternyata koordinator program beasiswa itu. Anies memperkenalkan diri sebagai pendaftar yang ditolak. Dia ingin tahu penyebab dirinya tidak bisa lolos dalam seleksi beasiswa itu.
Piet meminta Anies menyebut nomor pendaftarannya dan memintanya menunggu 10 menit. Piet akan memeriksa penyebab Anies tidak bisa mendaoat beasiswa.
"Dia bilang 10 menit lagi telepon lagi. Itu 10 menit terpanjang dalam hidup," kata Anies.
Anies menghubungi kantor Aminef lagi untuk mendengar jawaban. Piet menjelaskan kepada Anies bahwa dia ditolak karena bidang studi yang dipilih tidak ditawarkan dalam program itu. Anies bertanya apakah bisa mengganti bidang studinya. Piet membolehkan dan menawarkan bidang studi yang ada dalam program itu.
"Anda mau enggak di international trade?' Mau. Setelah itu diproses lagi, dipanggil wawancara, lalu dapat beasiswanya," kata Anies.
Dia tidak menyangka keputusannya untuk menghubungi kantor Aminef bisa mengubah keputusan atas beasiswanya. Dia pun bisa kuliah di University of Maryland, College Park.
Kepada anak-anak itu, Anies mengingatkan untuk jangan langsung menyerah begitu mendengar kabar buruk. Anies berpesan agar mereka memiliki mimpi yang tinggi. Namun jika tidak bisa kuliah di luar negeri, Anies mengatakan kesempatan untuk belajar tetap bisa didapatkan di Indonesia.
Khusus di Jakarta, anak-anak muda itu punya peluang networking yang sangat banyak. Anies menyarankan mereka sering ikut konferensi-konferensi internasional yang banyak digelar di Jakarta.
"Datanglah, bangun jaringan, kuasai bahasa internasional," ujar Anies.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/03/10/16181871/cerita-anies-jatuh-bangun-kejar-mimpi-belajar-di-luar-negeri