Salin Artikel

Cerita Hasyim, 48 Tahun Menjadi Tukang Becak di Jakarta

Selama 48 tahun bekerja, ia mengalami perbedaan dalam pendapatan yang membuatnya tidak bisa menabung.

Ia bekerja pukul 06.00-10.00 dan dilanjutkan 16.00-20.00 di kawasan Pekojan, Jakarta Barat. Sementara di waktu luang, ia memilih pulang untuk beristrihat.

Hasyim mengatakan, penghasilannya kini hanya cukup untuk menyetor harian kepada pemilik becak Rp 5.000 per hari.

Sisanya untuk makan dan memenuhi kebutuhan dengan sang istri.

"Ya, sekarang (pendapatan) per harinya palingan Rp 30.000-Rp 40.000. Kalau ada borongan baru bisa sampai Rp 60.000," kata Hasyim kepada Kompas.com di Pasar Pejagalan, Pekojan, Jakarta Barat, Selasa (13/3/2018).

Ia membandingkan jumlah pendapatan yang diraih beberapa tahun lalu dan kini.

Saat ini, ia sudah tidak bisa menginvestasikan penghasilannya. 

"Dari penumpang dulu memang dapat duitnya sedikit Rp 7.000-10.000, tetapi dulu itu Rp 10.000 bisa beli emas 1 gram. Sekarang dapat Rp 40.000 atau Rp 50.000 per hari enggak kebeli emas segram," ujarnya. 

Hasyim bertahan menjadi tukang becak karena ia tidak hanya mengangkut orang, tetapi juga barang dan sampah.

Pria asal Karawang, Jawa Barat, tersebut memiliki enam orang anak yang disekolahkan hingga SMA. Empat diantaranya berada di kampung halaman dan sudah menikah, sementara dua lainnya tinggal terpisah di Jakarta.

Ia sempat ingin berhenti menjadi tukang becak karena usia yang semakin tua. Namun, ia tidak mengetahui akan bekerja apa jika tidak menjadi tukang becak. 

"Mau usaha apalagi saya sudah usia segini, kecuali kalau saya diberikan modal usaha, tetapi, ya, kan, modal uangnya enggak besar. Siapa juga yang mau kasih," kata Hasyim. 

Menggadaikan becak

Hasyim pernah menderita sakit yang membuatnya tidak bisa menarik becak selama beberapa minggu.

Ia terkena sakit hernia pada tahun 2014.

Saat itu, ia belum memiliki BPJS untuk mendapatkan biaya murah dalam pengobatan dan operasi penyakitnya.

"Saya pulang ke Karawang. Saya menggadaikan becak cuma dapat Rp 650.000, sisanya saya minjam dan minta sana-sini. Kalau ditotal bisa Rp 12 juta semuanya," kata Hasyim.

Dokter menyebut aktivitasnya mengayuh becak yang dilakukan bertahun-tahun menambah parah penyakitnya.

Setelah dioperasi, ia kembali beraktivitas.

Nasib becak yang digadai kini sudah bisa didapatkan kembali. Perlahan, ia mencicil tebusan dengan kembali menjadi tukang becak. 

Namun, becak yang dikayuhnya kini bukan miliknya. 

Setelah sembuh dari hernia, Hasyim sedang menjalani pengobatan untuk sakit tumor jinak yang tertanam di perutnya.

"Ini saya berobat di RSUD Cengkareng sudah pakai BPJS, Alhamdulillah. Dokternya bilang, ini (tumor) tertahan di perut karena saya sering mengayuh dan saya pakai celana dalamnya terlalu naik, salah satunya itu," ujarnya. 

Meski demikian, ia tidak berniat mengangkat tumornya lantaran tidak mengganggu gerak-geriknya ketika bekerja. 

"Paling sekarang sakitnya mungkin karena sudah tua, ya, suka pegal-pegal. Saya cuma minum jamu pegal linu tiga hari sekali sama tidur yang benar," kata Hasyim. 

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/03/13/19342051/cerita-hasyim-48-tahun-menjadi-tukang-becak-di-jakarta

Terkini Lainnya

Polisi Temukan Markas Gangster yang Bacok Remaja di Depok

Polisi Temukan Markas Gangster yang Bacok Remaja di Depok

Megapolitan
Polisi Periksa General Affair Indonesia Flying Club Terkait Pesawat Jatuh di Tangsel

Polisi Periksa General Affair Indonesia Flying Club Terkait Pesawat Jatuh di Tangsel

Megapolitan
Progres Revitalisasi Pasar Jambu Dua Mencapai 90 Persen, Bisa Difungsikan 2 Bulan Lagi

Progres Revitalisasi Pasar Jambu Dua Mencapai 90 Persen, Bisa Difungsikan 2 Bulan Lagi

Megapolitan
Pemerkosa Remaja di Tangsel Mundur dari Staf Kelurahan, Camat: Dia Kena Sanksi Sosial

Pemerkosa Remaja di Tangsel Mundur dari Staf Kelurahan, Camat: Dia Kena Sanksi Sosial

Megapolitan
Tersangka Pembacokan di Cimanggis Depok Pernah Ditahan atas Kepemilikan Sajam

Tersangka Pembacokan di Cimanggis Depok Pernah Ditahan atas Kepemilikan Sajam

Megapolitan
Kasus DBD 2024 di Tangsel Mencapai 461, Dinkes Pastikan Tak Ada Kematian

Kasus DBD 2024 di Tangsel Mencapai 461, Dinkes Pastikan Tak Ada Kematian

Megapolitan
Selebgram Zoe Levana Terobos dan Terjebak di 'Busway', Polisi Masih Selidiki

Selebgram Zoe Levana Terobos dan Terjebak di "Busway", Polisi Masih Selidiki

Megapolitan
Terobos Busway lalu Terjebak, Selebgram Zoe Levana Bakal Diperiksa

Terobos Busway lalu Terjebak, Selebgram Zoe Levana Bakal Diperiksa

Megapolitan
Sulitnya Ungkap Identitas Penusuk Noven di Bogor, Polisi: Pelaku di Bawah Umur, Belum Rekam E-KTP

Sulitnya Ungkap Identitas Penusuk Noven di Bogor, Polisi: Pelaku di Bawah Umur, Belum Rekam E-KTP

Megapolitan
Sendi Sespri Iriana Diminta Jokowi Tingkatkan Popularitas dan Elektabilitas untuk Maju Pilkada Bogor

Sendi Sespri Iriana Diminta Jokowi Tingkatkan Popularitas dan Elektabilitas untuk Maju Pilkada Bogor

Megapolitan
Terlibat Jaringan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass, 6 WNI Ditangkap

Terlibat Jaringan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass, 6 WNI Ditangkap

Megapolitan
Bikin Surat Perjanjian dengan Jakpro, Warga Sepakat Tinggalkan Rusun Kampung Susun Bayam

Bikin Surat Perjanjian dengan Jakpro, Warga Sepakat Tinggalkan Rusun Kampung Susun Bayam

Megapolitan
Siswi SLB Diduga Dicabuli di Sekolah hingga Hamil, Orangtua Cari Keadilan

Siswi SLB Diduga Dicabuli di Sekolah hingga Hamil, Orangtua Cari Keadilan

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 22 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 22 Mei 2024

Megapolitan
Warga Lihat Ibunda Furqon Ketua Tani Kampung Susun Bayam Hendak Dibawa Paksa Saat Penggerudukan

Warga Lihat Ibunda Furqon Ketua Tani Kampung Susun Bayam Hendak Dibawa Paksa Saat Penggerudukan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke