Namun, tidak adanya saluran pemasaran membuat warga tidak bisa memanfaatkan keterampilannya untuk dijadikan sumber penghasilan.
"Selama ini hambatan yang dialami warga rusun adalah masalah pemasaran. Tahun-tahun kemarin banyak yang melaksanakan kegiatan pemberdayaan namun kendalanya di pemasaran," kata Bonar di Rusun Pulogebang, Selasa (27/3/2018).
Di samping itu, Bonar juga mengkritik kegiatan pemberdayaan dan pelatihan keterampilan dari sejumlah lembaga atau perusahaan yang dianggapnya hanya bentuk seremonial.
Ia berharap kegiatan seperti itu dapat dilangsungkan secara berkelanjutan sehingga dapat memberdayakan warga secara optimal.
"Harapan kami supaya berkelanjutan, itu saja. Jangan hanya seremonial begitu. Akhirnya tidak ada hasilnya karena pelatihan-pelatihan saja," kata Bonar.
Pernyataan Bonar diamini oleh Risma, salah seorang penghuni Rusun. Ia menuturkan, beberapa perusahaan silih berganti mengadakan berbagai pelatihan di rusun tersebut.
"Kemarin ada pelatihan tata boga, membatik, menjahit, banyak lah. Tetapi, kegiatannya paling cuma sehari atau seminggu, enggak berlanjut," kata Risma.
Risma menuturkan, dirinya juga belum bisa memanfaatkan keterampilan yang ia peroleh untuk dijadikan sumber penghasilan.
"Paling dijual tetangga-tetangga saja. Buat (penghasilan) bulanan belum berasa," katanya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/03/27/16074021/usai-pelatihan-penghuni-rusun-pulogebang-bingung-pasarkan-produk