Pemuda asal Padang, Sumatera Barat, ini merupakan seorang masinis kereta PT KAI Daop 1 sejak tujuh tahun lalu.
Affandi mengatakan, dirinya selalu merasa bersemangat ketika melihat antusiasme para calon penumpang menunggu di peron untuk kembali ke kampung halaman masing-masing.
"Kalau pas Lebaran paling terasa itu melihat antusiasme orang mudik. Bahagia, yang mau naik, kan, banyak banget, kayak orang punya kendaraan angkutan saja, pasti senang penumpangnya banyak, meski hasilnya tidak langsung kami terima," ujar Affandi kepada Kompas.com, di depo kereta api Tanah Abang, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Namun, Affandi tidak memungkiri harapannya berkumpul bersama keluarga saat hari raya Idul Fitri.
Pekerjaan menuntutnya belum dapat pulang kampung untuk berkumpul bersama keluarga selama tujuh kali lebaran.
"Seperti Bang Toyib memang, tetapi keluarga paham dengan kewajiban dan tanggung jawab saya. Sejak awal sudah mendukung dan untuk kembali ke kampung halaman bisa dilakukan saat ganti libur," katanya sembari tertawa.
Bekerja di bulan ramadhan
Affandi menceritakan, bekerja di bulan Ramadhan tidak jauh berbeda dengan bekerja di hari biasa.
Hanya jadwal antar kereta yang semakin padat.
Kesulitan terasa jika dirinya harus bekerja pada malam hari hingga waktunya sahur.
"Kesulitannya cari makan saat di perjalanan. Kadang kalau lupa bawa makanan untuk sahur, terpaksa minum air putih saja," ucap Affandi.
Ia menceritakan, masinis hanya boleh bekerja di atas lokomotif selama empat jam sekali perjalanan. Ini artinya jika perjalanan dari Jakarta, ia akan menghentikan pekerjaannya di Cirebon, Jawa Barat.
Setelah itu, perjalanan akan dilanjutkan masinis pengganti.
"Istirahat cukup yang penting, bisa di mess atau di rumah. Apalagi kalau jalannya malam. Asalkan bisa mengantarkan penumpang selamat sampai kampung halaman, kita juga senang," ujarnya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/05/28/08425811/cerita-masinis-jadi-bang-toyib-dan-bahagia-lihat-antusiasme-warga-mudik