Salin Artikel

3 Tersangka Pemeras Berkedok Jasa Pijat Ditangkap di Sawah Besar

"Pelaku telah bersepakat untuk mengerjai korban. Pelaku berpura-pura menuduh korban melakukan tindakan asusila saat dipijat," kata Kanit Reskrim Polsek Sawah Besar Iptu Nasrandy saat dikonfirmasi, Kamis.

Kejadian bermula ketika MA memesan jasa pijat melalui sebuah situs online dengan akun milik LB. Tarif pijat dipatok Rp 150.000 per 90 menit. Dalam percakapan melalui pesan singkat, LB meminta MA untuk mendatangi tempat kos yang ditinggalinya.

MA setuju dan bergegas ke lokasi. LB memanggil tersangka lainn, yaitu DD dan NS. LB menyampaikan bahwa dia membutuhkan uang untuk mencukupi kebutuhan ekonominya. LB menyampaikan idenya untuk memeras MA dengan menuduh MA melakukan tindakan asusila saat memijat.

Namun, LB meminta DD berpura-pura menjadi dirinya. DD dan NS menyetujui ide tersebut.

Saat MA tiba, DD yang berpura-pura menjadi LB kemudian memihat MA. Setelah 10 menit dipijat, DD tiba-tiba berteriak dan menuduh MA melakukan tindakan asusila dengan memegang bagian sensitif.

LB dan NS kemudian masuk ke rumah kos-kosan itu. DD mengancam akan melaporkan MA ke polisi.

MA yang ketakutan meminta DD tidak melaporkannya. DD mengajak MA berdamai dengan membayar uang Rp 10 juta. Namun, MA hanya sanggup membayar Rp 7 juta. MA kemudian diantarkan oleh ketiga pelaku ke salah satu ATM tak jauh dari kos-kosan tersebut. Setelah membayar, MA pergi meninggalkan lokasi.

Uang hasil pemerasan itu dibagi dibagi tiga oleh pelaku.

MA kemudian melaporkan kejadian itu ke Polsek Sawah Besar. Polisi mendatangi lokasi dan mendapati ketiganya masih berada di kos-kosan tersebut dengan uang hasil pemerasan. Dalam diperiksaan, ketiga pelaku mengaku memeras MA dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan.

"Mereka mengaku melakukan pemerasan. Uang Rp 7 juta dibagi-bagi antar mereka. Ketiga pelaku masih ditahan di Mapolsek Sawah Besar," kata Nasrandy.

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/08/02/22111011/3-tersangka-pemeras-berkedok-jasa-pijat-ditangkap-di-sawah-besar

Terkini Lainnya

Heru Budi Pastikan Pasien TBC yang Bukan KTP DKI Bisa Berobat di Jakarta

Heru Budi Pastikan Pasien TBC yang Bukan KTP DKI Bisa Berobat di Jakarta

Megapolitan
Warga Bekasi Tertabrak Kereta di Pelintasan Bungur Kemayoran

Warga Bekasi Tertabrak Kereta di Pelintasan Bungur Kemayoran

Megapolitan
Faktor Ekonomi Jadi Alasan Pria 50 Tahun di Jaksel Nekat Edarkan Narkoba

Faktor Ekonomi Jadi Alasan Pria 50 Tahun di Jaksel Nekat Edarkan Narkoba

Megapolitan
Keluarga Taruna yang Tewas Dianiaya Senior Minta STIP Ditutup

Keluarga Taruna yang Tewas Dianiaya Senior Minta STIP Ditutup

Megapolitan
UU DKJ Amanatkan 5 Persen APBD untuk Kelurahan, Heru Budi Singgung Penanganan TBC

UU DKJ Amanatkan 5 Persen APBD untuk Kelurahan, Heru Budi Singgung Penanganan TBC

Megapolitan
Pria 50 Tahun Diiming-imingi Rp 1,8 Juta untuk Edarkan Narkoba di Jaksel

Pria 50 Tahun Diiming-imingi Rp 1,8 Juta untuk Edarkan Narkoba di Jaksel

Megapolitan
Polisi Temukan 488 Gram Sabu Saat Gerebek Rumah Kos di Jaksel

Polisi Temukan 488 Gram Sabu Saat Gerebek Rumah Kos di Jaksel

Megapolitan
KPU: Mantan Gubernur Tak Bisa Maju Jadi Cawagub di Daerah yang Sama pada Pilkada 2024

KPU: Mantan Gubernur Tak Bisa Maju Jadi Cawagub di Daerah yang Sama pada Pilkada 2024

Megapolitan
Heru Budi Sebut Pemprov DKI Bakal Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket yang Ditertibkan

Heru Budi Sebut Pemprov DKI Bakal Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket yang Ditertibkan

Megapolitan
Heru Budi Sebut Pemprov DKI Jakarta Mulai Tertibkan Jukir Liar Minimarket

Heru Budi Sebut Pemprov DKI Jakarta Mulai Tertibkan Jukir Liar Minimarket

Megapolitan
Rute KA Tegal Bahari, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Tegal Bahari, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
20 Pelajar SMA Diamankan Polisi akibat Tawuran di Bangbarung Bogor

20 Pelajar SMA Diamankan Polisi akibat Tawuran di Bangbarung Bogor

Megapolitan
Jakarta Utara Macet Total sejak Subuh Buntut Trailer Terbalik di Clincing

Jakarta Utara Macet Total sejak Subuh Buntut Trailer Terbalik di Clincing

Megapolitan
Polisi Periksa 36 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Periksa 36 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Ngerinya Kekerasan Berlatar Arogansi Senioritas di STIP, Tradisi yang Tak Benar-benar Hilang

Ngerinya Kekerasan Berlatar Arogansi Senioritas di STIP, Tradisi yang Tak Benar-benar Hilang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke