"Kalau memang keliatan di mal, warnet saat jam sekolah mohon untuk ditegor, ditangkap juga boleh," kata Ace.
Ia mengeluhkan, sebagian besar siswanya bermasalah. Banyak di antara mereka bolos ke warnet berhari-hari tanpa pulang ke rumah. Kerap juga tawuran terjadi pada malam hingga dini hari setelah guru-guru tak memantau para siswanya.
Ace juga berharap Dinas Pendidikan DKI Jakarta mengizinkan sekolah menyerahkan murid-muridnya diperiksa polisi. Sebab biasanya, guru tak pernah mendapat pengakuan dari murid yang diduga terlibat tindak pidana.
Saat mendengar masukan itu, Wali Kota Jakarta Selatan Marullah Matali berjanji akan mengerahkan Satpol PP ke lokasi tongkrongan yang kerap jadi sarang kenakalan pelajar. Ia juga mendukung pelajar yang terlibat tindak pidana ditangani kepolisian.
"Anak-anak memang bukan penjahat. Nanti saya minta statement dari Polres (Metro Jakarta Selatan) dan Kodim untuk memperlakukan seperti anak mereka sendiri," ujar Marullah.
Deklarasi Antitawuran itu dihadiri para kepala sekolah dan dua siswa SMA dan SMK di Jakarta Selatan yang berjumlah 223 sekolah. Deklarasi digelar menyusul tawuran yang menewaskan satu pelajar tewas di Permata Hijau, Kebayoran Lama pada 1 September 2018. Polisi telah menangkap 10 siswa SMAN 32 Jakarta yang terlibat dalam tawuran itu.
Tak lama kemudian, ada lagi aksi penyerangan terhadap siswa SMKN 29 yang menyebabkan satu siswa luka berat.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/09/26/18233281/kepala-smk-borobudur-minta-aparat-tangkap-siswanya-yang-keluyuran