Salin Artikel

Langganan Banjir, Warga Rawa Buaya Harap Lumpur 30 Tahun di Kali Pacetong Dikeruk

Kusna (47), seorang warga setempat mengatakan, penyebab banjir di kawasan rumahnya akibat penumpukan lumpur di Kali Pacetong.

"Saya pribadi mengharapkan, lumpur yang menumpuk itu diangkat," kata Kusna, kepada Kompas.com, di lokasi, Rabu (26/9/2018).

Kusna mengaku, belum pernah melihat lumpur di kali tersebut dikeruks selama tinggal di sana.

Menurut dia, penumpukan lumpur dan kotornya air kali terlihat sekitar 30 tahun terakhir.

Sejauh ini, pembersihan kali dan saluran air dilakukan oleh petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU) dari Kelurahan Rawa Buaya atau pasukan oranye UPK Badan Air.

"Belum pernah diangkat lumpurnya. Kalau bersih-bersih got rutin, (tapi) kalau pengangkatan lumpur belum ada," kata dia.

Dia berharap, kebersihan Kali Pacetong bisa dikembalikan seperti saat masa kecilnya dulu. Sekitar 40 tahun lalu, ketinggian lumpur hanya 10 sentimeter dari 1,5 meter ukuran kali.

Sedangkan saat ini, kedalaman air di kali tidak sebanding dengan saluran air yang ada.

Ketua RT 011 Sunardi mengatakan, terdapat dua masalah yang membuat wilayahnya menjadi titik terparah banjir setelah RT 001 dan RT 002 dari RW 001 Rawa Buaya.

Pertama, ketinggian lumpur juga menjadi masalah saat musim hujan telah tiba.

"Kalau hujan gede, meluber, enggak nampung. 2 atau 3 jam saja hujan, pasti genang di sini," kata Sunardi.

Kedua, kenaikan debit air laut akibat pasang ikut berdampak pada banjir di Kali Pacetong.

Air laut pasang yang datang ke wilayahnya tak menentu baik musim hujan atau kering.

"Saya sudah sering sekali sampaikan di musrembang (musyawaran perencanaan pembangunan) soal pengurukan kali. Tapi, belum juga dilakukan, mungkin sedang bergilir di tempat lain," kata dia.

Menurut dia, jika lumpur di kali telah diangkut, dapat menampung debit air hujan yang turun dan tidak meluber ke wilayahnya.

Meski begitu, banjir tiga tahun terakhir dinilainya mengalami penurunan ketinggian dibandingkan pada tahun 2002 dan 2007, yang dianggap paling parah.

"Sejak ada pompa yang dipasang, lumayan ketinggian airnya menurun. Kalau kali sudah penuh, pompa langsung jalan (bekerja)," kata dia.

Pada Jumat (21/9/2018) Kasi Pemeliharaan Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Barat Juniarto Ardiansyah mengatakan, kawasan Cengkareng menjadi titik rawan banjir di wilayahnya.

"Daerah yang rawan tergenang itu Cengkareng karena topografinya rendah banget, termasuk Rawa Buaya, Kedaung Angke, itu paling rendah, paling rawan tergenang," kata Juniarto, di Kantor Sudin SDA Jakarta Barat, Jumat.

Selain itu, ada Kali Sekretaris yang melintasi kawasan Kebon Jeruk dan Kembangan. Ada pula kawasan Kalideres yang mudah terkena banjir rob.

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/09/26/19084191/langganan-banjir-warga-rawa-buaya-harap-lumpur-30-tahun-di-kali-pacetong

Terkini Lainnya

Polisi Sebut STIP Terbuka dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna yang Dianiaya Senior

Polisi Sebut STIP Terbuka dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Maling Motor di Tebet Sempat Masuk ICU gara-gara Dikeroyok Warga

Maling Motor di Tebet Sempat Masuk ICU gara-gara Dikeroyok Warga

Megapolitan
“Kalau Bung Anies Berniat Maju Pilkada DKI Lewat PDI-P, Silakan Daftar'

“Kalau Bung Anies Berniat Maju Pilkada DKI Lewat PDI-P, Silakan Daftar"

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, Satpol PP DKI Minta Parpol Izin Saat Pasang Alat Peraga Kampanye

Jelang Pilkada 2024, Satpol PP DKI Minta Parpol Izin Saat Pasang Alat Peraga Kampanye

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Kebut Persiapan, Prioritaskan Jemaah Lansia

Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Kebut Persiapan, Prioritaskan Jemaah Lansia

Megapolitan
Tepergok Hendak Curi Motor, Maling di Koja 'Video Call' Ibunya Saat Diciduk Warga

Tepergok Hendak Curi Motor, Maling di Koja "Video Call" Ibunya Saat Diciduk Warga

Megapolitan
Kronologi Remaja Tikam Seorang Ibu di Bogor, Berawal dari Mabuk dan Panik

Kronologi Remaja Tikam Seorang Ibu di Bogor, Berawal dari Mabuk dan Panik

Megapolitan
Maju Pilkada DKI Jalur Independen, Dharma Pongrekun: Mau Selamatkan Rakyat

Maju Pilkada DKI Jalur Independen, Dharma Pongrekun: Mau Selamatkan Rakyat

Megapolitan
Dishub DKI Minta Warga Laporkan ke Aplikasi JAKI jika Temukan Jukir Liar di Minimarket

Dishub DKI Minta Warga Laporkan ke Aplikasi JAKI jika Temukan Jukir Liar di Minimarket

Megapolitan
Buntut Penganiayaan Taruna STIP, Desakan Moratorium hingga Penutupan Sekolah Menguat

Buntut Penganiayaan Taruna STIP, Desakan Moratorium hingga Penutupan Sekolah Menguat

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Tergolong Tindak Pidana, Dishub DKI Bakal Terapkan Sidang di Tempat

Jukir Liar Minimarket Tergolong Tindak Pidana, Dishub DKI Bakal Terapkan Sidang di Tempat

Megapolitan
Polisi Sebut Tersangka Kasus Kematian Taruna STIP Masih Mungkin Bertambah

Polisi Sebut Tersangka Kasus Kematian Taruna STIP Masih Mungkin Bertambah

Megapolitan
Jukir Liar Tak Setuju Ditertibkan, Kadishub DKI: Siapa Pun yang Timbulkan Keresahan, Harus Ditindak Tegas

Jukir Liar Tak Setuju Ditertibkan, Kadishub DKI: Siapa Pun yang Timbulkan Keresahan, Harus Ditindak Tegas

Megapolitan
3 Korban Tewas Kebakaran Kapal di Muara Baru Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

3 Korban Tewas Kebakaran Kapal di Muara Baru Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

Megapolitan
Remaja di Bogor Ditangkap Polisi Usai Tusuk Seorang Ibu dalam Keadaan Mabuk

Remaja di Bogor Ditangkap Polisi Usai Tusuk Seorang Ibu dalam Keadaan Mabuk

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke