Tim itu, kata Luhut, telah berjuang sampai titik darah penghabisan untuk menemukan CVR Lion Air. Luhut pun berterima kasih untuk kerja keras tim tersebut.
"Proses pencarian itu memang betul-betul sulit karena arusnya kencang, jarak pandang cuma 1,5 meter, dan waktunya sudah mau habis, tapi mereka bekerja tim," ujar Luhut, Senin (21/1/2019).
Menurut Luhut, kerja sama tim penemu CVR itu memodifikasi cara-cara yang telah dilakukan tim yang disewa dari Singapura.
Tim yang disewa dari Singapura memang berkontribusi memperkecil area pencarian, tetapi tim dari Indonesia lah yang menemukan CVR Lion Air yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, pada 29 Oktober 2018 itu.
"Mereka memodifikasi cara-cara yang tadinya konvensional yang dilakukan tim yang disewa dari Singapura yang cukup mahal disewanya, kalau enggak keliru hampir 3,5 juta dollar AS selama 10 hari, dan tidak berhasil," kata Luhut.
Untuk menemukan CVR itu, para penyelam TNI AL dan tim melakukan upaya pencarian CVR dengan telepon air.
Tim dari atas kapal KRI mengendalikan para penyelam untuk menemukan CVR di dalam perairan Karawang.
"Orang lain tidak melaksanakan dengan cara-cara mereka ini, ada trik-triknya akhirnya pakai telepon air dari atas ke bawah, mengendalikan empat penyelam yang berputar mencari CVR ini," ucap Luhut.
Berkat kerja sama tim, lanjut dia, black box CVR Lion Air PK-LQP dapat ditemukan pada kedalaman 35 meter.
Penghargaan
Luhut tidak mau membeberkan penghargaan yang diberikan pemerintah kepada empat penyelam TNI AL yang berhasil menemukan CVR itu.
Penghargaan itu, kata Luhut, akan diurus oleh Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL).
"Ini semua profesional, mungkin dari satuan dikasih kenaikan pekerjaan, sekolah. Tentara senangnya sekolah, (setelah) sekolah, naik pangkat, itu urusannya KSAL," kata Luhut.
Panglima Komando Armada I Laksamana Muda Yudo Margono sebelumnya juga menyatakan, para penyelam TNI AL yang menemukan CVR rencananya akan mendapatkan penghargaan.
Namun, Yudo belum menyebut penghargaan seperti apa yang akan diterima oleh para penyelam.
"Reward pasti ada, nanti kami akan laporkan kepada komando atas, karena militer sehingga harus kami laporkan ke komando atas," kata Yudo, Senin pekan lalu.
Data CVR
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah selesai mengunduh data CVR itu dalam waktu 2,5 hari sejak ditemukan.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menyampaikan, pihaknya kini tengah mentranskrip data CVR tersebut.
CVR merekam data tentang percakapan awak pesawat dengan pusat kendali yang ada di darat. CVR itu berisi dua jam percakapan sebelum jatuhnya pesawat.
"Sudah mulai ditranskrip," kata Soerjanto.
Data yang ada di dalam CVR akan menjadi tambahan dalam proses investigasi penyebab jatuhnya pesawat Lion Air JT 610.
Soerjanto menargetkan, laporan final soal black box berisi CVR pesawat Lion Air itu rampung pada Agustus 2019. KNKT berusaha mempercepat penyelesaian laporan soal CVR itu.
"Mudah-mudahan medio ketiga dari Agustus kami harapkan sudah bisa (selesai)," ucapnya.
Meskipun rekaman dalam CVR berdurasi dua jam, lanjut Soerjanto, KNKT hanya akan memasukkan hal-hal yang berkaitan dengan jatuhnya pesawat itu ke dalam laporan mereka.
Laporan yang disusun KNKT membutuhkan waktu cukup lama karena ada sejumlah tes dan analisis yang harus dilakukan.
Selain data CVR, KNKT juga harus menganalisis data black box berisi flight data recorder (FDR) yang sudah lebih dulu ditemukan.
KNKT melibatkan Badan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) Amerika Serikat dan perusahaan Boeing dalam melakukan tes dan analisis itu.
"Kan menganalisa data FDR-nya, CVR-nya, kenapa begini, bagaimana training-nya, bagaimana human factors-nya, terus kami konfirmasi ke pabriknya, Boeing. Masih banyak yang perlu kami konfirmasi," tutur Soerjanto.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/01/22/07292671/apresiasi-dari-luhut-bagi-tim-penyelam-penemu-black-box-lion-air